Rabu, 30 Mei 2012
THT untuk dokter muda
Telingah
Anatomi Telinga
Telingah luar terdiri dari :
• Daun teingah dari tulang rawan elastin dan kulit,
• Liang telinga Terdiri dari 1/3 bagian luar dibentuk oleh rangka tulang rawan
• 2/3 nya bibentuk oleh Tulang
• Pada 1/3 bagian kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen ( Modifikasi kelenjar
keringat = kelenjar seromenosa) dan rambut
• Pada 2/3 bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen
Telingah Tengah
Telingah tengah berbentuk kubus dengan
• Batas Luar : membrane timpani
• Batas Dalam : Berturut dari atas ke bawah : kanalis semi sirkularis Horizontal, Kanalis
Fasialis,Oval Window ,Round window, Dan Promontorium
• Batas Depan : Tuba estucius
• Batas belakang : Aditus ad antrum , Kanali Facialis pars Verticalis
• Batas atas :Tegmen Timpani
• Baras Bawah : Vena Jugularis ( Bulbus Jugularis)
Membran Timpani Terbagi atas
• Pars Flaksida ( Membran Shrapnell)
• Pars Tensa ( Memberan Propria)
Pars Flaksida
• Terdiri dari 2 lapis yaitu pada bagian luarnya lanjutal epitel kulit liang telinga sedangkan bagian dalamnya dilapisi oleh sel kubus bersilian
Pars tensa
• Mempunyai satu lapisan ditengahnya yang terdiri dari serat kolagen dan sedkit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler dibagian dalam
Banyangan Penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai umbo , dari umbo bermula reflek cahaya cone of light kearah bawah jam 7 untuk timpani kiri dan jam 5 untuk membrane timpani kanan:
Reflek Cone of light : Cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani. Dimembran timpani ini terdapat 2 serabut sirkuler dan radier . Serabut ini lah yang menyebabkan Timbulnya cahaya yang berbrntuk kerucut
Mmbran Timpani terdapat 4 kuadran : dengan Menarik garis dari Posesus Longus maleus dengan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo
1. Anterior- Superior
2. Anterior- Inferior
3. Posterior- Superior
4. Posteritor – Inferior
Bila melakukan meringotomi atau parasitesi Dibuat insisi dibagian Kuadran Posterior –Inferior Karena pada bagian ini tidak terdapat tulang pendengaran
Dildalam telingan tengah terdapat tulang tulang pendengaran : Maleus melekat pada inkus , Inkus melekat pada stapes : Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea, Hubungan antara tulang tulang pendengaran adalah merupakan persedian
Pada pars Flaskida terdapat daerah yang disebut atik :ditempat ini terdapat aditus ad antrum yaitu lubang yang menghubungkan antara telingah tengah dengan atrum mastoid
Tuba Estacius: menghunbungkan Nasofaring dengan telinga tengah
Telianga Dalam terdiri dari
• Koklea ( Rumah simput )
• Vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis
Ujung atau Puncak koklea disebut Hilecotrema ? Menghubungkan Prelimfe skala timpani dengan skala vestibuli
Skala Vestibuli dengan Skala timpani berisi PreLimfe
Skala Media Berisi endolimfe
Dasar skala Vestibuli disebut Membran Reisnnner sedangkan Dasar skala media adalah membrane basalis , Pada membrane ini terdapat organo corti
Pada Membran Basal melekat sel Rambut terdiri dari sel rambut dalam , sel rambut luar dan kanalis corti yang mebentuk organ corti
Fisiologi Pendegaran
Getaran suara Ditangkap oleh daun telinga?Liang Telinga?Membran Timpani bergentar?Gentaran diteruskan ke Tulang- Tulang pendengaran ?Stapes Menggerakkan Tingkap lonjong ( Foramen Ovale ) yang juga menggerakkan Prelimfe dalam Skala Vestibuli? Getaran Diteruskan ke Membrane Reisner yang mendorong endolimfe dan membrane basal kea rah bawah ?Prelimfe Dalam skala Timpani akan bergerak sihingga Tinggkap bundar ( Foramen Rotundum ) terdorong kearah luar? Skala Media menjadi cembung mendesak endolimfe dan mendorong membrane basal ke bawah dan meggerakan prelimfe pada skala timpani ?Berubahnya Membran basal ;Ujung sel rambut menjadi lurus ? Rasangan Fisik Diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dengan natrium memjadi aliran listrik dan dialirkan oleh cabang cabang N VIII ? Otak Area ( 39 -40 )
Audiologi
Audiologi Ialah ilmu yang mempelajari seluk beluk fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan Hablitasi dan rehablitasi
• Hablitasi : Usaha untuk memberikan Fungsi yang seharusnya di miliki
• Rehablitasi :Usaha Untuk mengembalikan Fungsi yang perna di miliki
Audiologi Medik terbagi atas
• Audiologi dasar
• Audiologi Khusus
Audoologi Dasar Ialah Pengetahuan mengenai Nada Murni , Bising, Ganngguan pendengaran serta cara pemeriksaannya . Pemeriksaan Pendengaran yang dilakukan dengan
1. Tes Pelana
2. Tes Berbisik
3. Audiometer Nada murni
Audiologi KHusus
• Untuk membedakan Tuli SarafKoklea dengan Retro Koklea
• Audiometri Obyektif
• Test Tuli Untuk tuli an organic
• Audiologi anak
• Audiologi Industri
Cara Pemeriksaan Pendengaran
Test Pelana adalah tes ini Merupakan test kuantitatif terbagi atas
• Test Rinne ialah test untuk membandingkan Hantaran melalui udara dan hantaran melalui
Tulang pada telingah yang di periksa
• Test Waber Ialah test Unutuk membandingkan Hantaran tulang pendegaran Telinga kiri dan dengan Telinga kanan
• Test Schwaback ialah Membandingkan Hantaran tulang yang diperiksan dengan Pemeriksa dengan Pendegaran Normal
Pada Umumya Pelana Yang sering dipakai 512. 1024, 2048 Jika Memakai 1 pelana di gunakan 512
Tes Rinne Tes Waber Tes Schwabach Diagnosis
+ Tidak ada Lateralisasi Sama dng Pemeriksa Normal
- Laterlisasi Ke sisi sakit Memajang Tuli konduktif
+ Leteralisasi sisi sehat Memedek Tuli sensonural
Test Berbisik :
Pemeriksaan ini bersifat semi kuantitatif menentukan derajat ketulian secara kasar.Hal ini dilakukan pada Ruangan yang tenang dengan panjang menimal 6 meter . pada nilai normal tes berbisik 5/6: 6/6
Audiometri Nada Murni
NadaMurni : Merupakan Bunyi yang hanya mempunyai satu Frekwensi dinyatakan dalam jumlah getaran Per detik
Bising : Merupakan bunyi yang memiliki banyak Frekwensi terdiri dari
• Narro band : Spectrum Terbatas
• White Noise : Spectrum Luas
Frekwensi : Nada Murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang sifatnya harmonis sederhana, Jumlah getaran perdetik dinyatakan dalam HerZ
Bunyi : suara yang dapat didengar oleh telinga manusia mempunyai ferkwesi 20 herz-18,000 Herz
Intesiatas Bunyi dinyatakan dalan bentuk decibel Terbagi atas
• Db hl ( hearing level, )
• Db sl ( Sensation level )
• Db SPl ( Sound Pressure level)
Abang dengar adalah Bunyi nada murni yang terlemah pada frekwensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang
Nilai Nol audiometric; yaitu Intesitas nada murni yang terkecil pada suatu Frekwensi tertentu yang masih dapat didegar oleh telinga rata rata orang dewasa muda yaitu 18-30 tahun
Standar yang Dipakai Menggunakan ISO( Internasional Standar Oraganisasi ) Dan Asa ( Amenican Standar Asosiation)
• 0 db ISO = -10 bd ASA
• 10 db ISO = 0 db ASA
Notasi audiogram
Untuk Pemeiksaan audiogram dipakai
• Grafik AC yaitu dibuat dengan garsi lurus penuh , Intesitas yang diperiksa antara (125 -8000
hz) dan
• Grafik BC dibuat garis garis terputus putus ( intesitas yang diperiksa 250 hz -4000 hz)
• Untuk telinga kiri dipakai warna Biru dan telinga kanan warna merah
Pada Interpretasi Audiogram Dapat diperhatikan atau ditulis
1. Telinga yang mana
2. Apa jenis Ketuliaannya
3. Bagaimana Derajat ketuliannya
Jenis Ketulian terbagi atas
1. Tuli konduktif
2. Tuli sensoneural
3. Tuli Campur
Derajat Ketulian dihitung dengan Menggunakan indeks Fletchter
Ambang Dengar :
AD 500 + AD 1000 Hz + AD 2000 HZ
3
Derajat Ketulian yang dihitung hanya ambang dengar hantaran Udara saja ( AC )
Derajat ketulian
• 00-25 db : Normal
• 26-40 db : Ringan
• 41-60 db : Sedang
• 61-90 db : Berat
• >90 db : Sangat berat
Dari Pemeriksaan audiogram disebut ada GAP. Apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih atau sama denga 10 db menimal pada 2 frekwensi yang berdekatan
Pemeriksaan dengan menggunakan Masking : apabila telingah yang Diperiksa mempunyai perbedaan yang mecolok dengan telinga yang lain Dengan Cara memberikan Bising
• NB :Narro Bandnoise Masking Audiumetri Nada murni
• WN : Masking pada Audiometi tutur
Normal AC – BC sama atau kurang dari 25 db AC – BC Berimpit , Tidak ada gap
Tuli Sensoneural AC- BC lebih dari 25 db AC- BC Berimpit Tidak ada gap
Tuli Konduktif AC lebih dari 25 db tetapi BC Normal atau kurang dari 25 db AC – BC ada Gap
Tuli Campur AC Lebih Besar dari BC
BC lebih dari 25 gap AC – BC ada Gap
Tuli Koklea dan tuli Retro koklea
Untuk membedakan Tulu koklea dan Retro koklea dibutuhkan pemeriksaan auidometri khsus
Audiometri Khusus
Untuk mempelajari audiometri Khusus di perlukan pemahaman istilah recuiment dan decay
1. Recuiment ialah suatu fenomena terjadi sensitifitas pendengaran yang berlebihan di atas abang dengar keadaan ini khas untuk tuli koklea . Pada kelainan koklea pasien dapat membedakan bunyi 1 db sedangkan pada orang normal baru bisa membedakan ya pada 5 db
2. Decay: ( Kelelahan) merupakan adaptasi abnormal merupakan tanda khas pada tuli retrokoklea, saraf pendegaran cepat lelah bila dirasang terus menerus. Bila dibeli istirahat akan pulih kembali
Fenomena tersebut dapat dilacak dengan Pemeriksaan sebagai berikut
• Tes SISI ( Short sensitivity Index )
• Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness)
• Test kelelahan ( Tone Decay )
• Audiometri tutur
• Audiometri bekesay
Tes SISI ( Short increment sensitivity Index )
Tes ini khas untuk mengetahui adaya kelainan koklea dengan memakai fenomena rekuitmen cara pemeriksaan: Menentkan abang dengar pasien terlebih dahulu Misalnya 30db kemudian diberi 20 db diatas abang rangsang yaitu 50 db. Setelah itu diberikan tambahan 5 db lalu diturunkan 4 db lalu 3 kemudian 2 dan 1 db bila pasien dapat membedakan maka TEST dinyatakan +
Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness)
Pada Test ABLB diberikan intesitas bunyi tertentu pada ferkwensi yg sama pada kedua telinga, sampai kedua telingah mencapai presepsi yang sama ,Yang disebut balans negative. Bila balans tercapai terdapat recuitmen positif
Test Kelelahan ( Tone Decay)
Terjadi kelelahan saraf oleh karena perasangan terus –menerus . Jadi kalau telinga yang diperiksa dirangsang terus menerus terjadi kelelahan .Tanda pasien tidak dapat mendengar dengan telinga yang diperiksa
Ada 2 cara
1. TTD = Treshold tone decay
2. STAT= Supra threshold Adaptasi tes
TTD Cara Gerhart memberikan Persangan secara terus menerus dengan intensitas sesuai dengan ambang dengar . Misalnya 40 db bila setelah 60 detik masih tetap mendengar maka test dinyatakan negative , jika sebaliknya terjadi kelelelahan atau tidak mendegar maka test dinyatakan +
Kemudian intesitas Bunyi ditambah 5 db jadi 45 db maka pasien dapat mrndengar lagi,rangsangan dilakukan dengan 45 db selama 60 detik dan seterusnya
Penambahan 0-5 = Normal
10-15 = Ringan
20-25 = Sedang
>30 = Berat
STAT
? Cara pemeriksaan ini dimulai oleh Jegger
? Prinsipnya pemeriksaan pada 3 Frekwensi( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL = 100 db Sl
? Artinya Nada Murni pada frekwensi ( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL diberikan secara terus menerus selama 60 detik , terjadi kelelahan maka tes dinyatakan +
Audiometri tutur
• Pada tes ini dipakai satu suku kata dan 2 suku kata,
• Kata kata ini disusun dalam daftar Phonetically balance Word LBT ( PB,UST)
• Pasien disuruh mengulanngi kata kata yang di dengar melalui kaset tape recorder
• Pada tuli saraf koklea , Pasien sulit membedakan bunyi S,R,H,C,H,CH
• Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi
Dinilai dengan menggunakan speech discrimination score
• 90 – 100 % berari Pendengaran Normal
• 75 – 90 % Tuli Ringan
• 60 – 75 % Tuli sedang
• 50 - 60 % Kesukaran dalam mengikuti pembicaraan
• < 50 % Tuli Berat
Audiometri Bekessy
• Prinsipnya mengunakan Nada yang terputus dan Continyu
• Bila ada suara masuk maka pasien menekan tombol
• Ditemukan grafik seperti gigi gergaji
• Garis yang Menaik adalah priode suara yang dapat didengar
• Garis yang turun ialah suara yang tidak di dengar
• Pada telinga normal amplitude 10 db sedangkan pada Recuitmen amplitude lebih kecil
Normal Nada Terputus dan terus menerus Berimpit
Tuli Saraf Koklea Nada terputus dan terus menerus berimpit hanya sampai frekwensi 1000 hz dan grafi kotinue makin kecil
Tuli f Retro koklea Nada Terputus dan terus menerus berpisah
Audiometri Obyektif
Terdapat 3 cara pemeriksaan yaitu
• Audiometri Impedans
• Electro kokleo grafi
• Envoke rensponse Audiometri
1. Audiometri impedans pada pemeriksaan kelenturan membrane timpani dengan tekanan tertentu pada Meatus Acusticus Eksterna
a. Timpanometri yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani Misalnya ada cairan , gangguan rangkaian tulang pendegaran , Kekakuan pada membrane Timpani dan membrane timpani sangat Lutur
b. Fungsi Tuba Estacius : Untuk mengetahui Fungsi Tuba ( Terbuka atau Tertutup )
c. Refleks stapedius ? Pada telinga Normal Reflek satapedius muncul pada Rangsangan 70 – 80 db
Pada Lesi koklea ambang rangsang reflex Stapedius Menurun sedangkan pada Lesi Retrokolea ambang rangsang itu naik
2. Elektrokokleografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk merekam gelombang – gelombang yang khas dari evoke elctro potensial koklea
Caranya Dengan Elektroda jarum , Membran timpani ditusuk sampai ke Promontorium kemudian dilihat grafiknya
3. Envoke Rensponce Audiometri
Pada pemiriksaan ini di pakai elektroda permukaan , Kemudian direkam gelombang – gelombang yang datang dari batang otak , Terdapat 5 macam gelombang
Gelombang I : Datang Dari koklea
Gelombang II : Datang dari Nucleus Koklearis
Gelombang III : Datang dari Nucleus oliva superior
Gelombang IV : Datang dari leminiscus lateralis
Gelombang V : Datang Dari Folikulus Inferior
Pemeriksaan Tuli Anorganik :
Pemeriksaan ini di perlukan untuk memeriksa seseorang yang pura pura tuli ( menginkan asuransi )
1. Cara Stenger ? memberikan 2 nada suara yang bersamaan pada ke 2 teliga, Kemudian pada sisi yang sehat nada di jauhkan
2. Dengan Audiometri nada murni secara berulang dalam satu minggu , Hasil audiogram berbeda
3. Dengan Impedans
Audiologi Anak
Untuk memeriksa ambang dengar anak dilakukan didalam ruangan Khusus ( Free Field)
Cara memeriksanya dengan beberapa cara
1. Neometer? dibunyikan suara kemudian perhatikan reaksi anak
2. Free field test-? Dilakukan pada ruangan Kedap suara ?anak sedang bermain kemudian diberikan rangsang bunyi , Perhatikan reaksiya
3. Screening ? Untuk screening ( Tapis masal ) dipakai hantaran udara saja dengan Frekwensi 500 hz, 1000 hz, 2000 hz
Gangguan Pendengaran Pada Bayi dan AnaK
Penyebab gangguan Pendengaran dibedakan Pada masa Prenatal , Massa Perinatal dan Post natal
Massa Pre Natal
Genitik
Non Genetik seperti gangguan / kelainan pada massa kehamilan, Kelainan strutur anatomi, Kekurangan giizi
Infeksi Pada massa Kehamilan trimester I baik itu Infeksi dari Bakteri maupun Virus . Misalnya Tosoplasmosis , Rubella, Cytomegalo Virus, Herpes dan spilis
Obat obatan yang berpotensi mengganggu Proses organogenesis dan merusak sel sel rambut koklea seperti salisilat , kina, neomisin, thalidomide, barbiturate
Massa Peri Natal
• Prematuritas < 37 minggu
• Berat badan lahir rendah < 2500 gram
• Tindakan Dengan Alat pada proses Kelahiran ( Extraksi Vakum , Forsep )
• Asfiksia dan Anoksia otak ( Nilai Apgar kurang dari 5 pada 5 menit pertama )
• Hiperbilirubenemia ( >20 mg/100 ml )
Massa Post natal
• Infeksi Bakteri atau virus Misalnya Rubella, campak, Parotis, Meningitis, Encefalitis
• Perdarahan Pada Telinga tengah
• Trauma Temporal
Joint Comite on Infant Hearing menetapkan pedoman resiko tinggi terhadap ketulian
1. Riwayat keluar dengan ganngguan pendengaran bawaan
2. Riwayat Infeksi Prenatal ( Infeksi TORCHS)
3. Kelainan anatomi telinga
4. Lahir Prematur < 37 minggu
5. Berat badan Rendah < 1500 gram
6. Persalinan dengan Tindakan
7. HiperBilirubinemia
8. Asfiksia ( Apgar renda 0-3 )
• Pemerisaan Brain Evoked Response Audiometi merupakan tes yang obyeketif pada Bayi yang baru lahir
• Seseorang bayi mampu berkomunikasi pada usia 18 bulan, pada saat itu merupakan priode kritis untuk mengetahui adanya gannguan pendengaran
• Proses untuk Habilitasi paling bagus bagi tuna rungu sebelum umur 3 tahun
Free Filed test
Pemeriksaan ini dilakukan pada ruangan yang cukuo tenang( Bising lingkungan tidakm melebihi 60 desibel )Idealnya ruangan kedap suara ( Sound Prof room)
Sebagai sumber bunyi yang sederhana digunakan tepukan tangan , tambur , bola plastic , remasan kertas minyak , Bel, Trompel karet
Sumber bunyi tersebut harus dikalibrasi frekwensi dan intesitasnya
Bila tersedia dipakai Baby reactometer,Neometer , Viene tone ( Frekwensi 3000 HZ ) dengan pilihan intesitas 70,80,90, `100
Dinilai kemampuan anak memberikan respon terhadap sumber bunyi tersebut
Behavioral Obeservation 0-6 bulan
Pafa pemeriksaan ini diamati respons terhadap sumber bunyi berupa perubahan sikap atau reflex yang terjado pada bayi
Bila tidak ada respon terhadap stimuli bunyi , pemeriksaan diulangi sekali lagi
Kalau tetap tidak berhasil dilakukan pemeiksaan ketiga , pemeriksaan tersebut dilakukan 1 minggu kemudian
Bila tetap tidak memberikan respon, Dilakukan pemeriksaan audiologi lanjutan yang lebih lengkap
Condisioned TEST ( 2- 4 Tahun )
Sebelum melakukan pemeriksaan, anak dilatih ( conditioning) melakukan suatu aktifitas permainan
Misalnya memasukkan kelereng pada kotak tepat pada saat dia mendengar stimuli bunyi , setelah anak terbiasa , dilakukan pemeriksaan sebenarnya dengan mengunakan sumber bunyi yang diketahui frekwensinya dan intensitasnya
Audiometri nada murni
Pemerikasaan dilakukan pada anak yang berusia lebih dari 4 tahunyang kooperatif
Sebagi sumber suara dilakukan nada murni Puretone bunyi yang hanya memiliki 1 frekwensi
Pemeriksaan dilakukan pada ruangan kedap suara
Dapat dinilai hantaran udara dan hantaran tulang dengan memasang bone fibrator pada daerah mastoid
Frekwensi yg diperiksa 125, 250, 500,1000, 2000,4000, 8000 Hz
Intesitas bunyi 10-100 db
Berdasarkan audiogram yang dihasilkan, diperoleh informasi tentang jenis dan derajat ketulian
BERA ( Brain Evoked Renspon Audiometri )
BERA Merupakan pemeriksaan audiologi dan neurologi sangat besar manfaatnya
Mempunyai nilai obyektifitas yang tinggi bila dibangdingkan dengan pemeriksaan audiologi konvensional
Pemakaiian muda dan tidak invasive
Test BERA dapat juga dilakukan pada anak atau bayi yang tidak kooperatifv
Reaksi yang timbul sepanjang jaras jaras saraf pendengaran dapat diteksi berdasarkan waktu yang dibutuhkan
Pada pemiriksaan ini di pakai elektroda permukaan , Kemudian direkam gelombang – gelombang yang datang dari batang otak , Terdapat 5 macam gelombang
Gelombang I : Datang Dari koklea
Gelombang II : Datang dari Nucleus Koklearis
Gelombang III : Datang dari Nucleus oliva superior
Gelombang IV : Datang dari leminiscus lateralis
Gelombang V : Datang Dari Folikulus Inferior
Hablitasi
Setelah diketahui seseorang anak memderita ketulian , Upaya hablitasi pendengaran harus dilakukan sedini mungkin
Pada anak dengan tuli saraf berat harus segera memakai alat bantu pendengaran
Diperlukan Penilaaian tingkat kecerdasan oleh Psikolog anak,
Dirujuk Untuk proses hablitasi di SLB B atau SLB C tuna rungu dengan Retardasi Mental
Pendidikan Khusus dimulai pada usia 2 tahun pada SLB B yang memilki Unit taman latihan dan obeservasi
Proses Hablitasi Penderita Tuna Rungu memerlukan kerjasama dengan disiplin ilmu yaitu dr, SpTHT, Audiologist, Psikolog anak , Guru khusus untuk tuna rungu, dan keluarga penderita
Implan Koklea
Adalah suatu perangkap elektronik yang mempunyai kemampuan memperbaiki fungsi pendengaran , sehingga akan meningkatkan komonikasi pederitapada tuli saraf berat dan total bilateral
Generasi Implan koklea yang paling mutahir saat ini adalah memiliki 22 saluran chanel
Indikasi Pemasangan Implan koklea
• Tuli saraf bilateral atau Total Bilateral
• Untuk anak dengan tuli saraf berat sejak lahir ( tili Pralingual ) . implant koklea sebaiknya
dipasang pada usia 2 tahun
Mekaniseme Kerja Implan koklea
Impuls suara-? mikrofon dan diteruskan ? Speech Processor melakukan seleksi informasi suara yang sesuai menjadi? kode suara yang akan disampaikan ? Transmiter , Kode Suara akan dipancarkan menembus kulit menuju receiver atau stimulator?, Pada bagian ini kode suara diubah menjadi sinyal sinyal listrik ? sinyal sinyal listrik ? Elektroda – elekteroda yang sesuai didalam koklea , sehinga terjadi stimulasi serabut saraf
Program Rehablitasi Pasca pemasangan implant
Program rehabilitasi dimulai dengan mengatifkan speech Prosesor 4- 6 mimggu setelah pasca beda
Latihan pendengaran dan terapi wicara yang membutuhkan waktu 6 bulan
Proses Rehabiltasi memerlukan kerjasama dengan disiplin ilmu yaitu dr, SpTHT, Audiologist,speec patologis, Anli Terapi wicara , Psikolog anak , Guru khusus untuk tuna rungu,
Evaluasi Pasca Bedah , perangkap elektronik ini harus dipereksa dan di kalibrasi berkala , ( Mapping )
Evaluasi pasca bedah ini dilakukan setiap 6 bulan untuk anak berumur < 6 tahun dan 12 bulan untuk anak berusia >6 tahun
Presbikusis
Presbikusis adalah tuli sensorineural Frekwensi tinggi terjadi pada usia lanjut ,semetrik kiri dan kanan
Etiologi
• Umumnya Presbikusis merupakan suatu Proses degenerasi
• Diduga ada hunbungan dengan Faktor factor herediter
• Metabolisme
• Pola makan
• Gaya hidup
Patologi
Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan N VIII
Pada koklea terjadi perubahan yang mencolok yaitu atrofi dan degenerasi sel sel rambut penujang pada organ corti
Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria vaskuler
Terdapat Pula Perubahan berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel sel gangkion dan saraf
Sensorik Lesi terbatas pada koklea, atrofi organ corti, Jumlah sel Rambut dan sel sel penujang berkurang
Neural Sel sel neuron pada koklea dan jaras auditorik berkurang
Metabolik Atrofi stria Vaskuler , Potensial microponic menurun, Fungsi sel dan keseimbangan biokimia/bioelectric koklea berkurang
Mekanik Terjadi perubahan gerakan mekanik pada Duktus koklearis, Atrofi pada ligamentum spiralis , Membrane basalis lebih kaku
Gejala klinik
Berkurangnya pendengaran secara perlahan lahan dan progresif , semetrik pada kedua telinga
Tinitus Nada Tinggi
Coctail Parti Deafness
Intesitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telingah hal ini disebabkanTerjadi factor kelelahan saraf
Dianosis
Otoskopi ; tampak membrane timpanis suram, Mobilitasnya berkurang
Tes Plana ditemukan tuli sensoneural
Pada Pemeriksaan audiometric nada Murni menunjukkan suatu saraf nada tinggi. Bilateral, semetrik
Pada tahap awal terjadinya penurunann yang tajam ( sloping ) setelah frekwensi 2000 hz, ini terjadi pada tipe sensorik dan neural
Sedangkan garis ambang dengar jenis metabolic dan mekanik gambaran audiogram nya lebih mendatar dan tahap berikutnya mengalami penurunan secara berangsur angsur
Pada Pemeriksaan audiometric tutur menunjukan adanya gangguan diskriminasi wicara. terjadi pada jenis Neural dan koklea
Penatalaksanaan
Rehablitasi
Pemasangan alat bantu dengar
Latihan Membaca Ujaran ( speec Reading )
Latihan Mendengar ( auditori Training )
Terapi Wicara ( Speech terapi )
Tuli mendadak * Sudeen Deafness
Tuli mendadak adalah Tuli yang terjadi secara tiba tba , jenis ketulian nya adalah sensoneural , Peyebab tidak dapat langsung diketahui biasanya terjadi pada satu telinga.
Etologi
• Iskemia Koklea
• Inveksi Virus ( Parotis , campak, Influensa tipe b)
• Trauman kepala
• Trauma Bising yang keras
• Perubahan tekanan atmosfir
• Obat Otoksin
• Neuroma akustika
Iskemia koklea merupakan peyebab utama tuli mendadak, Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena spasme , Trombosis , atau perdarahan arteri auditiva interna , Pembuluh darah ini merupakan end arteri , sehingga apabila terjadi gagguan pada pembuluh darah ini maka koklea sangat muda mengalami kerusakan
Gejala
Timbul tuli secara mendadak , kadang –kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan tetapi biasanya menetap
Pada Infeksi Virus Trdapat Tuli mendadak biasanya pada satu telinga dapat disertai dengan Tinitus dan Vertigo
Penatalaksanaan
1. Bed res total ,istirahat fisik dan mental selama 2 minggu
2. Pemberian Vasodilatansia yang cukup kuat
o 3 x900 mg ( 3 amp selama 4 hari)
o 3 x 600 mg ( 2 mg selama 4 hari)
o 3x 300 mg ( 1 amp selama 6 hari )
o Disertai pemeberian Obat oral Compalamin tab 3x2 setiap hari
3. Prednison 4x 10 mg tapering off tiap tiga hari
4. Vitamin C forte 100 mg 2x1 tablet/hari
5. Neurobion 3x1 tab /hari
6. Diet rendah garam dan rendah kolesterol
7. Inhalasi oksigen 2 liter/menit
Tuli akibat Bising
Ialah Tuli yang diakibatkan oleh terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya disebabkan oleh bising lingkungan kerja
Secara umum bising merupakan bunyi yang tidak diinginkan
Secara audiologi bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai Frekwensi
Bising yang intesitasnya 85 desibel dapat merusak reseptor pendengaran corti di telinga dalam
Yang sering mengalami kerusakan alat corti untuk reseptor yang berfrekwensi 3000-6000 hz
Gejala
Kurang Pendengaran
Tinitus
Coctail party deafness ( kesulitan mendengar serta memahami Pembicaraan di tempat keramaiian )
Bila sudah cukup berat , maka akan terjadi sukar menangkap Percakapan dengan kekerasan biasa , Bila sudah lebih berat maka percakapan yang keraspun sukar dimengeri
Pada pemeriksaan audiologist terdapat Recuiment suatu fenomena pada Tuli saraf koklea
Pada pemeriksaan audiometric nada murni ditemukan Ketulian pada Frekwensi 3000-6000 hz
Penatalaksanaan
Hindari Lingkungan Bising
Gunakan tutup telinga dan pelindung kepala
Untuk percakapan biasa dapat di coba pemasangan alat bantu dengar (Hearing aid)
Apabila pendegaran semakin memburuk, sehiingga memakai ABD tidak dapat berkomunikasi dengan adekuat maka Dilakukan Psikoterapi untuk menerima keaddanya
Latihan pendegaran agar dapat menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dan Dibantu dengan Membaca Ucapan bibir, Bahasa Isarat, mimic dan anggota gerak
Tuli Akibat Ototoksi
Tuli yang diakibatkan oleh pemebrian obat-obatan yang bersifat ototoksi pada telinga
Etiologi;
Golongan aminoglikosida,
• Streptomisin ,
• Gentamisin ,
• Neomisin,
• kanamisin,
• tobramisin
• Netil Misin
Tuli bersifat bilateral bernada Tinggi sesuai dengan kehilangan sel –sel rambut pada putaran basal koklea.
Eritromisin
Pemberian eritromisin intravena dapat menyebabkan
• Kurang Pendengaran
• Tinitus yang Meniup
• Perna dilaporkan dapat menyebabkan tuli sensoneural bernada tinggi bilateral
Loop Diuretik
Furosemid, Bumitanide , Ethycyrinic acid dapat menunjukan Potensi ototoksisitas , apabila diberikan pada penderita secara intera vena , Biasanya gannguan pendengaran yang terjadi ringan, tetapi pada kasus kasus tertentu dapat menyebabkan tuli permanen
Obat Anti InFlamasi
Salsilat termasuk Aspirin dapat menybabkan Tuli sensoneural frekwensi tinggi dan disertai dengan tinius
Tepai bila obat dihentikan maka pendengaran akan puli dan tinnitus menghilang
Obat Anti Malaria
• Kina dan Kloroquin dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan tinnitus
• Tepai bila obat dihentikan maka pendengaran akan puli dan tinnitus menghilang
Obat Anti Tumor
Cis Platinum dapat Menyebabkan ototoksitas adala tuli subyektif , Tinitus dan otalgia , dapat juga disertai dengan gangguan keseimbangan . Tuli biasanya bilateral dengan Frekwesnsi 6 khz dan 8 Khz, Kemudian terkena frekwensi dibawahnya
Biasa terjadi penurunan speech discrimination score
Tinitus Biasanya samar samar
Bila tuli ringan pada peghetian obat dapat pulih kembali , Bila tulinya berat biasaanya menetap
Obat tetesTelinga topical
Obat golongan aminoglikosida seperti, Neomicin dan polimicin b
Terjadinya ketulian oleh karena obat tersebut menembus membrane tingkap bundar ( Ronw window Membran )
Kelainan Telingah luar
Kelainan Konggenital pada Telinga
• Atresia liang telinga dan Milrotia
• Fisula Periaurcular
• Lob Ear
Atresia liang Telinga,
Penyebab nya belum diketahui dengan pasti
Diduga oleh Faktor genetic, , Intoksikasi bahan kimia pada proses organogenesis , pada kehamilan trimester Pertama
Inveksi Virus yang terjadi pada Trimester pertama kehamilan
Pada Atereksia Unilateral sebaiknya di operasi setelah berumur 15-17 tahun
Pada Atersia bilateral , sebaikanya diberikan alat bantu dengar , baru dioperasi setelah berusia 5 – 7 tahun
Operasi yang dilakukan adalah beda mikro dilakukan 5-6 jam
Fistula priaurikuler
terjadi ketika pembentukan daun telinga pada massa Embrio
Kelainan ini terjadi gannguan pada emberional pada arkus Brachialis 1 dan 2
Fistel dapat ditemukan depan tragus atau sekitarnya dan sering terinfeksi
Muara Fistel berbentuk bundar atau lonjong , Berukuran seujung Pensil
Dari muara Fistel sering keluar secret yang berasal dari kelenjar sebasea
Biasanya pasien dating berobat dengan Obtruksi dan infeksi pada fistel , Sihingga terjadi Pioderma dan selulitis fasial
Dengan Memasukkan metilen Blue pada Fistel dapat diduga panjang Fistel , cara ini dipakai pada waktu melakukan operasi
Dapat juga Dengan Fistuligrafi dengan mengunakan zat kontras dan kemudian dilakukan pemeriksaan radiologi
Jika terbentuk abses berulang atau pembentukan secret yang kronik maka dilakukan pengangkatan Fistel secara Keseluruan
Lob Ear
Telingah berbentuk seperti kelelawar
Secara Fisiologi tidak mengganggu pendengaran
Kelainan Daun Telinga
Hematoma
Perikondritis
Pseudokista
Hematoma
• Disebabkan oleh Trauma
• Terdapat Penumpukan Bekuan darah pada daerah Tulang rawan dan Perikondrium
• Bila hematoma tidak dikeluarkan terjadi organisasi dari hematoma
• Cara Mengeluarakan bekuan darah ialah Insisi secara steril
• Komplikasi yang terjadi apabila tindakan tidak steril ialah perikonditis
Pseuodo kista
Terdapat cairan kekuningan diantara tulang rawan daun telinga dan perikondrium
Pasien tidak mersakan nyeri dating ke dokter
Sebagai Terapi dilakukan pungsi secara steril
kemudian dilakukan balut tekan dengan GIPS selama seminggu , supaya perikondrium melekat pada tulang rawan
Bila Punsi tidak steril maka dapat menyebabkan Perikondritis dan berlajut menjadi teliga lisut (Cauliflower ear)
Perikondritis
Radang pada tulang rawan daun telinga terjadi karena Trauma
Pasca operasi telinga seperti Mastoiditis
Sebagai komplikasi pada Pseudo kista
Komplikasi : Telinga lisut atau Clauflower ear
Kelainan Liang Telinga
Serumen Obturan
Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebacea dan kelenjar serumen yang terdapat dikulit sepertiga luar liang telinga, Konsitensi nya biasanya lunak
Memeiliki Efek Proteksi sebab membantu membawa kotoran yang ada di liang telinga
Secara Fisologi serumen itu akan keluar dengan sendiri pada saat menguyah dan setelah sampai diliang teligah luar maka akan menguap oleh panas
Apabila terjadi penumpukan dalam liang telinga maka dapat menyebabkan ganngguan Pendengaran
Bila Cerumen bercampur dengan Air dalam liang telinga , Maka serumen Akan mengembang sehingga menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu di Liang telinga
Serumen cair dapat dikeluarkan dengan kapas yang dililit pada pelilit kapas
Apabila padat maka diberikan Karbon Gliseril 10 % selama 3 hari sampai cerumen melunak
Lalu dilakukan Irigasi Liang telinga dengan air Hangat, suhunya sesuai dengan suhu tubuh
Benda Asing Diliang Telianga
Benda Asing dapat Berupa jenis seranggan misanya Nyamuk , semut
Benda asing lainnya yang sering ditemukan pada anak anak yaitu Kacang Ijo atau karet Penghapus
Benda asing yang sering ditemukan Pada Orang dewasa yaitu Patahan korek api
Dapat Terjadi Edema Pada Liang telinga karena Trauma , sehingga akan Menyulitkan untuk mengeluarkannya lagi
Benda Organik akan Mengembung bila diiamkan terperangkap lama
Binatang harus dimatikan terlebih dengan menggunakan rivanol selama 10 menit, Kemudian benda asing Tersebut dirigasi dengan air bersi Untuk mengeluarkannya
Bemda asing yang besar dapat dikait dengan pengait serumen dan yang keci l bias diambil dengan cunam
Otitis eksterna Sirkum skripta
Merpukan Peradangan pada daera 1/3 bagian luar dari liang telinga
Oleh karena kulit 1/3 bagian luar dari liang telianga mengandung adnesa, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen , maka ditempat itu dapat terjadi infeksi
Etiologi
• Staplilococus albus,
• Stapilococus auereus
Gejala
Rasa Nyeri yanga hebat tidak sesuai dengan besar bisul
Hal ini terjadi karena kulit pada liang telinga tidak memiliki jaringan ikat longgar dibawahnya
Rasa nyeri timbul spontan , pada waktu membuka mulut ( sendi temporo mandibula)
Selain terdapat juga gangguan pendengaran apabila ferunkel besar meyumbat liang telinga
Terapi
Bila sudah terbentuk abses maka di aspirasi secara steril untuk mengeluarkan nana
Lokal diberikan antibiotic dalam bentuk salep seperti Polimicin atau bacitracina
Antiseptic ( asam asetat 2-5 % dalam Alkohol 2 % )
Obat siptomati seperti analgetic
Otitis Eksterna Diffuss
• Radang pada mengenai kulit liang telinga 2/3 dalam
• Tampak kulit liang telinga hiperemis , edema dengan batas tidak jelas
• serta tidak terdapat ferunkel
Etiologi
• Pseuodomonas
• Stapilococus albus
• Escheria coli
Gejala
Gejala nya sama dengan Otitis Eksterna sirkum skripta
Kadang kadang terdapat secret berbau , secret ini tidak mengandung lendir ( musim ) seperti secret yang keluar dari kavum timfani PADA OMA
Terapi
Masukan Tampon pada yang mengandung antibiotic ke liang telinga supaya terdapa kontak baik antara obat dan kulit yang meradang ,
Dapat Diberikan Antibiotik sistemik
Hiprtrofi Adenoid
Adenoid adalah Massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada diding Posterior Naso Faring Dan termasuk cicin Waldayer ,Ukuran Terbesar Ditemukan Pada anak Berumur 3 tahun dan menghilang sama sekali pada Umur 14 Tahun
Akibat Terjadi Sumbatan Koana Pasien Bernapas Melalui Mulut Sehingga Terjadi
Fasies Adenoid Yaitu Tampak hidung kecil, Gigi incisivus kedepan ( Prominen), arkus Faring Tinggi dan Pasien Tampak seperti orang bodoh
Faringitis dan Bronkitis
Gangguan Ventilasi dan Dranase sinus Paranasal sehingga dapat Terjadi Sinusitis Kronik
Diagnosis Ditegakkan Berdasarkan gejala klinik
Pada Rinos kopi anterior : Dengan Melihat Tertahannya gerak Platum mole Pada Waktu Fonasi
Pada Rinoskopi Posterior : Sukar Dilakukan pada anak anak
Kadang Dilakukan Pemeriksaan dengan jari untuk meraba daerah naso faring dengan jari . Tetapi cara ni dapat menyebabkan Pasien Muntah
Dilakukan Pemeriksaan Radiologi Yaitu Foto Tengkorak lateral
Tosilo Faringitis
Radang akut Orofaring dapat Berupa Faringitis atau Tonsilitis akut , Peyakit ini sering ditemukan dan dapat menyerang semua umur
Etiologi
• Streptococus Varidans
• Sterptococus Pyogenes
• Adenovirus
• Echo Virus
• Virus Influensa
• Herpes
Patologi
Mula Mula Terjadi Infiltrasi pada lapisan epitel ? Epitel Mengalami Pengikisan ? Maka Jaringan Limfoid superficialis mengadakan reaksi ? Terdaapat bendungan radang dengan Infiltrasi Leukosit PMN-? Proses ini secara klinis Tampak Kriptus Tonsil yang berisi Denritus-? Denritus Merupakan Kumpulan Bakteri , Leukosit, Dan epitel yang terlepas .
Suatu tonsillitis akut dengan Dedritus yang jelas Disebut Tonsilitis Folikularis,
Bila bercak bercak dedritus itu berdekatan menjadi satu disebut Tosilitis Lakunaris
Bercak detritus yang melebar itu dapat lebih Lebar sehingga terbentuk membrane semu ( Pseudo Membran )
Diangnosis Banding
• angina Plaut Vincent ,
• Tosilitis difteri ,
• Scarlet Fever
• Angina agranulositosis
Gejala Klinik
• Deman Mencapai 40 derajat c
• Rasa lesu
• Rasa nyeri pada persedian
• Tidak ada nafsu makan ( anoreksia )
• Rasa Nyeri di Telingah ( Otalgia ) Karena Refred Pain dari N IX
Pemeriksaan :
• Tampak Mukosa Faring mengalami Hiperemis
• Tonsil Meradang
• Terlihat detritus berbentuk folikel , Lakuna tau Membran
• Kelenjar Sub mandibula Membengkak dan Nyeri tekan
Terapi
• Antibiotik atau sulfonamide
• Analgetik/antipiretik
• Obat Kumur atau obat isap yang mengandung Disinfectan
Tonsilitis Membranosa
Penyajit yang termasuk dalam golongan Tosilofaringitis Membranosa ialah
Tonsilitis Defteri
Tonsilitis Septik
Angina Plaut Vincent
Penyakit Kelainan darah sepperti Leukemia akut , anemia Pernisiosa , Neutropenia maligna serta Infeksi mononukleusis
Proses specific : TBC dan Lues
Infeksi Jamur : Monoliasis , aktinomikosis dan blastomikosis
Infeksi Virus seperti Morbili, Pertusis dan skarlatina
Tosilitis Defteri
Merupakan suatu Penyakit radang tonsil yang disebabkan oleh Coryne bacterium Diphteriae ( Gram Positif ) , Kuman ini umunya terdapat disaluran napas bagian atas yaitu Hidung , faring dan laring
Gejala dan tanda
Penyakit ini ditandai dengan adanya membrane semu ditonsil dan disekitarya serta pengelepasan eksotoksin yang dapat menibulkan gejala umum dan local
Gambaran klinik terbagi Menjadi 3 golongan
• Gejala umum
• Gejala Lokal
• Gejala akibat eksotosin
Gejala umum :
• Suhu sub Febrin
• Nyeri kepala
• Anoreksia
• Badan lemah dan Nadi Lambat
Gejala Lokal
Tampak Tonsil meradang disertai bercak Putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membetuk membran semu
Membran ini meluas Ke Platum Mole ,Uvula , Nasofaring ,Laring dan bahkan meluas sampai ke Trakea.
Membran semu ini melekat erat dan mudah berdarah
Bila Infeksi tak terbendung maka Kelenjar limfe akan membengkak ( Bull Neck )
Gejala akibat Eksotoksin
• Miocarditis dan dapat Mengakibatkan Decompensasi cordis
• Dapat Mengenai Saraf Kranial Khususnya bagian motorik
• Dapat Mengenai ginjal sehingga meyebabkan albuminuria
Terapi
Berikan ADS segera tanpa menunggu hasil Kultur dosis nya 20.000 – 10.000 unit tergantung umur , berat dan lamanya penyakit
Antibiotik : Eritromisin atau gol penisilin
Koritikosteroid
Simptomatik
Komplikasi
Laringitis Difteri
Miokarditis
Kelumpuhan otot Platum mole , Otot mata , ( Terutama otot untuk akomodasi ), Otot faring dan laring
Albuminuria sebagai komplikasi ke ginjal
Tonsilitis septic
Merupakan Peradangan Tonsil yang disebabkan oleh Bakteri streptococcus Hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi ,
Gejala
• Demam tinggi 39 -40 derajat c
• Nyeri ketika menelan
• Nyeri kepala hebat dan kadang kadang Mual - muntah
• Nyeri di seluruh tubuh dan tubuh terasa lemah
Pemeriksaan
• Mukosa faring dan tonsil Hiperemis
• Terdapat bercak putih keabuan
• Tampak Edema sampai sekitar Uvulae
• Mulut Berbau ( Foetor ex ore )
Komplikasi
• Pembesaran kelenjar Limfe submandibula
• Otitis Media
• Laringitis
Angina Plaut Vincent
Merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh hygiene mulut kurang baik , dan terdapatnya def Vitamin C, Kuman Spirilium dan basil fusiform
Gejala
• Demam Tinggi sampai 39 derajat c
• Nyeri dimulut , Gigi dan Nyeri Kepala
• Badan lemah
• Gusi mudah berdarah dan Hipersalifasi
• Dan kadang kadang terdapat gangguan percernaan
Pemeriksaan
Tampak Membran Putih keabuan di Tonsil , Uvula , Diniding faring ,gusi, serta Prosesus alveolaris
Mukosa Mulut dan Faring Hiperemi
Foetor Ex ore
Kelenjar Submandibula Membesar
Terapi
• Perbaiki Higine Mulut
• Antibiotik
• Vit C dan Vit B com
Tonsilitis Kronik
Merupakan lanjutan dari Penyakit Tonsilitis akut dan Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tetapi kadang- kadang kuman berubah menjadi golongan gram negative
Faktor predisposisi timbulnya radang kronik ini ialah
• Rasangan menahun ( Rokok , Makanan, Pengaruh cuaca )
• Pengobatan Tonsilitis akut yang Tidak adekuat
• Higene Mulut yang Buruk
Patologi
Pada Radang Kronik terdapat 2 bentuk
• Hipertofi Tonsil
• Atrofi Tonsil
Proses radang Berulang -?Maka Epitel Mukosa Terkikis ? jaringan Limfoid juga terkikis ? Sehingga Proses Penyembuhan jaringan Limfoid diganti Menjadi jaringan Parut? Jaringan parut ini sesuai dengan sifatnya akan mengalami pengerutan
Kelompok Jaringan Limfoid Mengerut sehingga Ruang antara kelompok melebar?Hal ini secara klinik tampak pelebaran kriptus ? kriptus akan di isi Detritus ? Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul dan akhirnya? Timbul Perlengketan dengan jaringan disekitar Fossa tonsilaris? Pada anak anak disertai Pembesaran kelenjar Limfe Submandibula
Gejala dan tanda
• Pasien Mengeluh ada sesuatu yang menghalagi di tenggorokan
• Tenggorokan dirasakan kering
• Pernapasan Berbau
• Pada Pemiriksaan tonsil : Membesar dan Tidak Rata , Kriptus Melebar dan Terisi Detritus
Komplikasi
Komplikasi Didaerah Sekitarnya
• Rinitis Kronik
• Sinusitis
• Otitis Media
Komplikasi Didaerah organ jauh dari tonsil
• Endokarditis
• Atritiss
• Miositis
• Nefritis
• Iridoskilitis
• Dermatitis
• Pruritis
• Urtikaria dan Furonkolosis
Indikasi Tonsiloktomi atu adenoiktomi
1. Sumbatan Hidung yang menetap oleh adeoid
2. Sumbatan Rongga Mulut oleh Tonsil yang membesar
3. Cor pulmonal
4. Peritonsil yang berulang
5. Pembesaran kelenjar Limfe Leher yang Berulang
6. Kecurigaan tumor Tonsil
7. Sidrom sleep apnea
8. Tonsil sebagai Fokal Infeksi dari organ Penting lainnya
Faringitis Kronik
Faktor Predisposisi proses radang Kronik ini
Rinitis Kronik
Sinusitis
Iritasi kronik yang dialami oleh Perokok atau Peminum alcohol
Inhalasi uap yang merasang mukosa faring
Infeksi yang Menyebabkan Faringitis Kronik
Daerah yang Berdebu
Orang yang bernapas Melalui Mulut karena hidung Tersebut oleh salah satu factor peyebab penyakit
Faringitis Kronik Terbagi atas 2 bentuk
• Faringitis Kronik Hiperplastik
• Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis Kronik HiperPlastik
Pada dasarnya Faringitis Kronik HiperPlastik terjadi perubahan mukosa dinding Posterior faring , Tampak mukosa menebal serta hipertrofi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arkus faring posterior ( lateral band ) , Dengan demikian tampak Mukosa dinding Posterior tidak rata yang disebut granuler
Gejala
• Pasien Mengeluh gatal pada Tenggorokan
• Kering atau berlendir yang sukar di keluarkan
• Kadang Kadang disertai dengan Batuk
Terapi :
• Penyakit Kronik dihidung atau sinus paranasal yang menyebabkan Faringitis Diobati
• Melakukan Penggosokan Memakai Zat kaustik Misalnya Nitras Argetin dan Albotil
• Dapat juga dilakukan juga dengan electro kauter
• Pengobatan simptomatik berupa obat kumur dan antirusif atau expektoransia
Faringitis Kronik atrofi ( SIKA )
Faringitis Kronik atrofi sering timbul bersama dengan Renitis atrofi . Pada Renitis atrofi : udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapan sehingga menimbulkan Rasangan serta infeksi pada faring
Gejala
• Pasien Mengeluh Tenggorokan kering
• Mulut berbau
• Pada Pemeriksaa tampak mukosa faring terdapat lender yang melekat
• Dan bila lendir itu di angkat maka tampak Mukosa kering
Terapi
• Obat Kumur
• Penjagaan Higene Mulut
• Obat Simptomati
Faringtis Spesifik
1. Faringitis Leutika
2. Faringitis TBC
Faringitis Leutika
Radang Mukosa Faring yang disebabkan oleh Troponema palidum dan dapat menimbulkan infeksi didaerah faring .
Stadium Primer
Kelainan terdapat pada lidah, tonsil dan dinding Posterior faring , Kelainan ini berupa bercak keputihan pada tempat tersebut
Bila infeksi terus berlangsung maka Timbul ulkus
Ulkus pada Daerah faring bersifat sama dengan Ulkus pada genetalia
Ulkus tidak Nyeri
Pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan
Stadium Sekunder
• Stadium ini jarang di temukan
• Terdapat eritema pada dinding Posterior Faring yang menjalar ke laring
Stadium Tersier
Terdapatnya Guma
Tonnsil dan Platum Mole merupakan tempat predileksi untuk tumbunya gumma
Bila didapatkan Guma di dinding Post faring akibatnya dapat mengenai Vet Servicalis dan bila pecah maka dapat menyebabkan kematian
Bila guma sembuh maka bekas guma akan terbentuk jaringan parut
Diagosis
Diagnosis dengan pemeriksaan serologik
Terapi
Obat pilihan utama ialah Penisilin
Faringitis Tubercoosa
Merupakan Radang Mukosa Faring yang disebabkan oleh Micobacterium Tb yang besifat basil tahan asam dapat meyerang Platum Mole , Tonsil , Platum durum , dasar lidah dan epiglostis
Biasanya Infeksi daerah faring merupakan Proses sekunder dari TBC paru Kecuali kuman tahan asam jenis bovinum
Pada jenis BOvinum Merupakan Jenis TBC yang Primer
Peryebaran Infeksi
• Eksogen
• Endogen
Bentuk dan tempart lesi
• 1 sisi Tonsil dan kedua sisi tonsil apabila Penyebaran Hematogen
• Dinding Faaring Posterior
• Arkus faring anterior
• Dinding lateral Hipofaring
• Platum mole
• Platu durum
• Kelenjar regional leher Membengkak
Gejala
• Anoreksia
• Nyeri tenggorokan yang hebat dibanding Peradangan yang timbul
• Nyeri Pada waktu Menelan
• Tidak jarang mengalami Regurgitasi
• Nyeri Telingah dan adenopati servical
Diagnosis
• BTA
• Foto Thoras
• Biopsi jaringan untuk menyingkirkan keganasan
Terapi :
Terapi Sesuai dengan TBC paru
Abses Leher dalam
Abses Leher dalam terbagi atas
• Abses Peritonsil
• Abses Retro faring
• Abses Parafaring
• Angina LUdovici
Abses Peri tonsil
Etiologi
• Poses ini terjadi sebagai Komolikasi dari Tonsilitis akut
• Biasaya kuman peyebabnya sama dengan Kuman Pada Tonsil .
• Dapat ditemukan Kuman aerob dan anaerob
Patologi
Daerah superior dan lateral Fossa Tonsilaris Merupakan jaringan Ikat longgar Maka infiltarsi supurasi ke Ruang Pontensial Peritonsil tersering menempati daerah ini. Sehingga Platum Mole Membekak
Pada stadium Infiltrasi selain pembekakan Juga terjadi Tampak mukosa Hiperemi
Bila Proses Berjalan terus maka daerah tersebut lebih lunak dan berwarna kekuning kuningan
Tonsil terdorong ketengah , depan, bawah
Uvulae Bengkak dan terdorong ke sisi Kontra lateral
Peradangan berlangsung terus akan meyebabkan iritasi M. Peterigoid Interna sehingga timbul Trismus
Abses dapat Pecah Mungkin dapat Menyebabkan aspirasi ke paru
Gejala
• Odinofagia ( Nyeri Menelan ) yang lebih hebat biasanya pada satu sisi saja
• Nyer Teligah ( Otalgia )
• Muntah ( Regurgitasi )
• Mulut berbau ( Foetor ex Ore
• Hipersalifasi
• Rinolalia (Suara sangau)
• Trismus
• Pembekakan kelenjar sub mandibula dan nyeri tekan
Pemeriksaan
• Kadang Kadang sukar memeriksa Faring karena Trismus
• Palatum mole tampak membengkak dan menonjol kedepan
• Tonsil bengkak Hiperemis terdorong ketengah , depan, bawah
• Uvulae Bengkak dan terdorong ke sisi Kontra lateral
Terapi
Pada Stadium Infiltrasi diberikan antibiotic dosis tinggi
Obat Simptomatik ( Analgetik /antiperetik )
Kumur kumur dengan cairan hangat
Kompres Dingin pada Leher
Bila Ditemukan Abses maka Dilakukan Pungsi pada daerah anbses , Kemudian insisi untuk megeluarkan nana
Tempat Insisi yaitu Paling menonjol dan lunak atau pada garis pertengahan yaitu garis yang mehubungkan dasar uvulae dengan graham atas terakhir pada sisi yang sakit
Bila Terjadi trismus ..Untuk mengatasi nyeri disutikan analgesia local yaitu xilocain atau novicain 1 % di gaglion sfenopalatinum
Pasien dianjurkan Operasi tonsilektomi
OPerasi Tonsilektomi bersama sama dengan dranase abses disebut Tonsilektomi a chaud
Operasi tonsil dilakukan setelah dranase abses 3- 4 hari disebut Tonsilektomi a tiede
Operasi tonsil dilakukan setelah dranase abses 4 – 6 Minggu disebut Tonsilektomi a Froid
Pada Umumnya Tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi nya tenang yaitu 2 – 3minggu setelah
dranase abses
Komplikasi
Abses Pecah Menyebabkan aspirasi paru
Penjalaran ke Para faring sehingga terjadi Abses Parafaring , Pada Penjalaran selanjutnya Masuk kedalam mediastnum sehingga terjadi Mediastinitis
Penjalaran di daerah intra cranial dapat meyebabkan Trombus sinus cavenosus , Menigitis, dan abses otak
Abses Retro Faring
Penyakit ini sering ditemukan pada anak Usia 3 bulan sampai 5 tahun
Hal ini terjadi karena Pada usia tersebut masih berisi Jaringan Limfoid masing masing 2 – 5 buah pada sisi kanan dan kiri
Kelenjar ini menampung aliran limfe dari Hidung , Sinus pranasal, Nasofaring, Faring , Tuba estachius dan Teligah tengah
Pada Usia diatas 6 tahun kelenjar Limfe ini Mengalami atrofi
Etiologi
Infeksi saluran napas atas menyebabkan Limfedenitis retrofaring
Trauma Diding belakang Faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau tindakan medis berupa adenoiktomi
Tuberculosis Vet Servicalis ( Cold Abses)
Gejala
Disfagia
Odinofagia
Anak Rewel dan sering Menangis dan Tidak mau makan dan minum
Sesak napas Karena sumbatan jalan napas Terutama di Hipofaring
Proses berlanjut terus akan Mengenai laring maka dapat Menimbulkan stridor
Sumbatan akibat Abses dapat Mengganggu resonansi suara
Pemeriksaan
Pada diding belakang Faring tampak Benjolan yang teraba lunak
Diagnosis
• Diagnosis ditegakakan dengan riwayat ISPA atau Riwayat Trauma
• Foto Rongent Jaringan lunak leher lateral
DD
• Adenoiditis
• Tumor
• Aneurisma aurta
Terapi
Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral
Insisi Abses dengan menggunakan laringoskopi langsung dalam posisi Trendelnburg, Pus segera diisap agar tidak terjadi aspirasi
Pasien drawat inap sampai tanda infesi reda
Komplikasi
• Penjalaran ke ruang parafari, ruang Vaskuler vicera
• Mediastinitis
• Obstruksi jalan napas menyebabkan asfiksia
• Bila Pecah spontan maka akan menyebabkan Pnemonia aspirasi
Abses Parafaring
Etiologi
Ruang oarafaring mengalami infeksi melalui
Langsung : akibat Tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia, Jarum suntik yang telah terkontaminasi kuman menembus lapisan otot ( m . Konstiktor Faring sup) yang memisahkan ruang parafaring dari fossa tonsilaris
Proses Supurasi kelejar limfe Leher bagian dalam, gigi , tonsil , faring , Hidung, sinus paranasal , Mastoid dan Vet Servicalis dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadi abses parafaring
Penjalaran infeksi dari Ruang peritosil, Retrofaring atau submandibula
Gejala klinik
• Demam Tinggi
• Trismus atau Indurasi
• Pembengkakan di sekitar angulus mandibulae
• Pembengkakan Dinding Lateral faring sehingga menonjol kea rah Medial
Komplikasi
Proses Peradangan dapat melauli Hematogen , Limfogen atau PerKontinuitatum
Penjalaran Ke atas dapat mengakibatkan peradangan Intrakranial
Kebawah Menyelusuri selubung karotis dapat menyebabkan Mediatinitis
Abses Juga dapat merusak dinding Pembuluh darah Terutama Pembuluh darah karotis
Jika mengenai Pembuluh darah karotis maka akan terjadi Ruptur mengakibatkan Perdarahan
Bila terjadi preflibitis dan endo fliibitis Dapat Timbul Trobombo Flibitis dan Septikemia
Terapi
Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral
Evakuasi abses dengan cara explorasi dalam anestesi umum Caranya insisi dari luar dan intra oral
Insisi Dari Luar dilakukan 2 jari dibawah dan sejajar Mandibula , secara tumpul dieksplorasi dilanjutkan dari batas anterior M, Stenocledomastoideus kea rah atas belakang menyusuri bagian medial Mandibula dan M, Ptrogoedeus Intena mencapai ruang parangfaring.
Bila ada nana di selubung karotis maka insisi dilakukan secara Vertikal dari Pertengahan Insisi Horisontal ke bawah didepan M, Stenocledomastoideus Cara Mosher
Insisi Intraoral dilakukan Pada dinding lateral Faring dengan Memakai Klem arteri , eksplorasi Dilakukan denga menembus M Konstritor faring sup Kedalam Ruang parafaring anterior
Angina Ludovici
Angina Ludovici ialah selulitis ruang suprahioid, Ruang ini terdiri dari Ruang sub lingual, Sub Mentalis dan sub maxilla yang disebut juga ruang sub mandibula
Ruang sub Ligual di pisahkan dari ruang submentalis dan sub masilla oleh otot Milohioid
Infeksi yang terbatas hanya pada satu atau lebih ruang submandibula atau bila terbentuk abses disebut Pseudo agina lidovici
Etiologi
• Infeksi gigi
• Peradangan supuratif Kelenjar Limfe servical didalam ruang sub mandibula
Gejala
Terdapat nyeri tenggorokan dan leher
Dasar Mulut membengkak dan mendorong lidah keatas belakang sehingga Menimbulkan sesak napas
Pembengkakan pada daerah sub mandibula yang tampak hyperemis dan keras pada perabaan
Terapi
Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral
Eksplorasi dengan tujuan Mengurangi Dekompresi dan evakuasi pus atau jaringan nekrotikan
Insisi Dilakukan secara Horizontal setinggi os Hioid ( 3 – 4 Jari dibawah mandibula )
Perlu Pengobatan terhadap penyebab infeksi gigi , untuk mencegah kekambuhan
Komplikasi
• Sumbatan jalan napas akibat Lidah terdorong keatas belakang
• Mediatinitis
• Sepsis
Kelainan Laring
• Kelainan Konggenital
• Peradangan Laring
• Nodul Pita suara
• Keratosis Laring
Kelainan Konggenital Terbagi
1. Laringomalasia
2. Stnosis Subglotik
3. Selaput Dilaring ( Laringeal Web )
4. Kista Konggenital
5. Hemangioma
Laringomalasi :
Merupakan kelainan paling sering ditemukan
Pada stadium awal ditemukan epiglottis lemah sehingga pada waktu inspirasi epiglottis tertarik kebawah dan menutup rima glottis
Dengan demikian Jika pasien Bernapas , napas Berbunyi stridor
Stridor merupakan gejala awal dan dapat menetap dan Mungkin Pula hilang timbul ini disebabkan lemahn ya kerangka laring
Tanda sumbatan jalan napas dengan terlihatnya retraksi pada daerah supra sterna , epigastrium, Intercostal , dan supra clavicular
Bila sumbatan makin berat maka dilakukan Intubasi endotrakeal
Stenosi Subglotik
Kelainan ini disebabkan
• Penebalan jaringan sub mukosa dengan hyperplasia kelenjar mucus dan fibrosis
• Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumennya yang lebih kecil
• Bentuk tulang rawan krikoid Normal dengan ukuran yang lebih kecil
• Penggeseran cicin trakea yang pertama kearah atas belakang ke dalam lumen krikoid
Gejala
• Stridor
• retraksi pada daerah supra sterna , epigastrium, Intercostal , dan sup clavicular
• Pada stadium yang lebih berat ditemukan sianosis dan apnea
Laringitis Akut
Radang akit laring pada umumnya merupakan kelanjutan rinofaringitis ( common cold ) . Pada anak laryngitis akut ini dapagt menyebabkan Sumbatan jalan napas sedangkan pada orang dewasa tidak secepar pada anak
Etiologi
• Sebagai penyebab radang lalah bakteri yang menyebabkan Peradangan Lokal
• Virus yang menyebabkan Peradangan sistemik
Gejala
• Demam
• Malaise
• Suara parau sampai afoni
• Nyeri ketika menelan dan berbicara
• Serta gejala sumbatan laring
Pemeriksaan
Pada Pemeriksaan Tampak Mukosa laring hiperemis dan membengkak terutama diatas dan bawah pita suara .
Biasanya terdapat juga tanda radang akut di hidung dan sinus paranasal
Terapi
• Istirahat berbicara dan bersuara selama 2- 3 hari
• Menghirup udara lembab
• Menghidari dari iristasi pada faring dan laring Misalnya Merokok Dan Minum air es
• Antibiotik apabila peradangan berasal dari paru
• Bila ada sumbatan laring maka dipasang Pipa Endotrakea atau Trakeostomi
Laringitis Kronik
Peradangan kronik pada Laring yang disebabkan oleh
• Sinusitis kronik,
• Deviasi septum yang berat
• Polip hidung
• Bronkhitis
• Penggunaan suara secara Berlebihan ( Berteriak teriak atau Bicara Keras ) Vocal abuse
Pemeriksaan
• Tampak Mukosa Hiperemis dan menebal serta Permukaan Tidak rata
• Kadang kadang pada Pem Patologi terdapat melaplasia skuamosa
Gejala
• Suara Parau yang menetap
• Rasa Tersangkut di leher
• Pasien sering mendehem tanpa mengluarkan secret karena Mukosa Yg Menebal
Terapi
• Mengobati Peradangan Dihidung , Faring serta Bronkus yang mungkin peyebab Laringitis
• Vocal Rest
Laringitis Kronik Spesifik terbagi
• Laringitis TBC
• Laringtis Leutika
Larigitis TBC
Gambaran Klinik Terbagi atas 4 stadium
1. Stadium Infiltrasi
2. Stadium Ulserasi
3. Stadium Perikondritis
4. Stadium Fibro tuberkulosis
Stadium InfiltraSi
Mukosa Laring Posterior mengalami Pembengkakan dan Hiperemis
Kadang kadang Pita suara terkena juga
Pada stadium ini Mukosa Laring berwarna pucat
Kemudian Didaerah sub mukosa terbentuk Tuberkel sehingga Mukosa tidak rata tampak bintik bintik berwarna kebiruan
Tuberkel Membesar serta beberapa tuberkel yang berdekatan bersatu sehingga mukosa diatas nya meregang
Bila Tuberkel Pecah maka timbul Ulkus
Stadium Ulserasi
• Terjadi Ulkus dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkijuan serta dirasakan nyeri oleh Pasien
Stadium Perikondritis
• Ulkus makin dalam sehingga mengenai kartilago laring
• Yang Paling sering terkena ialah kartilago aritenoid dan epiglottis
• Pada stadium ini Terbentuk skuester
• Pada stadium ini keadaan pasien Memburuk dan dapat meninggal dunia
• Bila Pasien beratahan maka Proses pun Berlanjut dan masuk pada stadium Terakhir yaitu Stadium Fibrotuberculosis
• Pada stadium ini terbentuk Fibrotuberkulosis pada dinding Posteior , Pita suara dan sub glotik
Gejala Klinik
Rasa kering , Panas dan tertekan diaderah laring
Suara Parau dirasakan Berminggu minggu sedangkan Pada Stadium lanjut dapat menyebabkan afoni
Hemoptisis
Odinofagia berat
Keadaan umum Memburuk pada stadium lanjut
Pada Pemeriksaan Paru ( secara klinik dan Radiologik ) Terdapat proses aktif (Biasaya pada stadium Eksudasi , Pembentukan Kaverna
DD
1. Laringitis leutika
2. Karsinoma faring
3. Aktinomikosis
4. Lupus Vulgaris laring
Terapi
• Obat OAT
• Vocal Rest
Laringitis Leutika
Gambaran klinik
• Apabila Guma Pecah maka timbul ulkus
• Ulkus ni mempunyai sifat yang khas yaitu sangat dalam bertepi dengan dasar yg keras
• Ulkus ini Tidak menyebabkan nyeri dan menjalar dengan cepat
Gejala Klinik
• Suara Parau
• Batuk Kronik
• Disfagia timbul bila ada gumma dekat Introitus Osepagus
Diagnosis Ditegakkan
• Pemeriksaan laringoskop
• Pemeriksaan serologik
Komplikasi
• Stenosi laring karena terbentuk jaringan parut
Terapi
• Pinisilin dosis tinggi
• Pengangkatan skuester
• Bila Terdapat sumbatan laring karena stenosis dilakukan Trakeostomi
Nodul Pita suara
Kelainan ini biasanya disebabkan oleh Penyalahgunaan pita suara dalam waktu lama seperti pada guru , Penyanyi dan sebagainya. Kelainan ini juga disebut singer Node
Gejala klinik
Suara parau disertai dengan batuk
Pemeriksaan
Terdapat Nodul pada pita suara sebesar kacang hijau atau lebih kecil lagi
Nodul berwarna keputihan
Nodul tersebut sering berada pada sepertiga anterior atau bagian tengah Pita suara ,
Nodul tersebut Bisa Unilateral atau Bilateral pada pita suara
Bila Bilateral maka nodulnya semetrik
Terapi
• Bedah Mikro laring
Diagnosis
• Pemeriksaan Laringoskopi Derek dan Inderek
Keratosis Laring
Pada Keratosis laring sebagian mukosa laring mengalami Pertandukan, sehingga tampak daerah putih yang disebut Leukopakia
Tempat yang paling sering mengalami pertandukan adalah Pita suara dan fossa Intearitenoid
Etiologi Tidak diketahui dengan jelas
Gejala
Suara parau
Ada yang Mengganjal di Tenggorokan
Stridor atau sesak napas Tidak ditemukan pada penyakit ini
Terapi
• Pengangkatan daerah keratosis dengan bedah Mikro laring
Penanggulangan Sumbatan Laring
Sumbatan laring dapat disebabkan
1. Radang akut dan Kronik
2. Benda asing
3. Trauma
4. Tumor
5. Kelumpuhan N rekuren bilateral
Gejala Dan tanda sumbatan Laring
Serak ( disfoni )
Sesak napas ( dispnea)
Stridor
Cekungan pada Waktu inspirasi di Suprasternal , Supra Klavicula, sela iga , Dan Epigastrium
Gelisah
Sianosis karena Hipoksia
Jackson Membagi sumbatan laring menjadi 4 stadium
Adanya Cekungan di supra sterna dan stridor ini tampak tenang
Cekungan pada supra sterna makin dalam ditambah lagi Cekungan di epigastrium pasien sudah mulai gelisah
Cekungan selain di Supra strenal , epigastrium juga terdapat di Infraclavicula dan sela sela iga , pasien sangat gelisa dan dispnea
Cekungan cekungan diatas bertambah jelas , pasien sangat gelisa, ketakutan dan sianosis Jika Proses Berjalan terus maka penderita akan kehabisan tenaga , Pusat pernapasan Paralitik karena Hiperkapnea. Pada Keadaan seperti ini Penderita tampak tenang dan tertidur . akhirnya penderita meninggal karena Asfiksia
Intubasi EndoTrakea
Indikasi Intubasi endotrakea
1. Untuk mengatasi sumbatan saluran napas bagian atas
2. Membantu Ventilasi
3. Memudahkan Mengisap Sekret dari traktus Trakeobrokial
4. Mencegah aspires
Teknik Intubasi
Posisi Pasien leher sedikit Fleksi dan kepala Ekstensi
Laringoskop dengan spatel bengkok di pegang dengan tangan kiri
Dimasukan melalui mulut sebelah kanan sehingga lidah terdorong ke Kiri
Spatel diarahkan Melalui pangkal Lidah ke Velekula
Lalu Laringoskop diangkat Keatas sehingga pita suara dapat terlihat
Dengan tangan kanan Pipa Dimasukan melalui mulut terus melalui celah antara kedua Pita suara
Lalu disutikan Udara Untuk Mengembangkan Balon pada Pipa
Trakeostomi
Trakeostomi merupakan Tindakan Membuat Lubang pada bagian depan Trakea untuk Bernapas
Indikasi Trakeostomi
Mengatasi obtruksi laring
Mengurangi Ruang rugi( Dead air space ) di saluran napas bagian atas
Mempermuda pengisapan secret dari Brokus pada penderita yang tidak dapat mengeluarkan secret secara fisiologi
Untuk memasang respirator ( alat bantu Pernapasan )
Untuk mengambil benda asing dari sub glotik
Teknik Trakeostomi
Kepala Penderita di ekstensi kan pada persendian atlato oksipital
Dengan posisi seperti ini Leher tegak lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher
Kulit leher dibersikan dengan antiseptic dan ditutupi kain steril
Obat anestesikum ( Novakain ) disutikan diantara Krikoid dan Fossa supra sterna
Dilakukan sayatan Horisontal pada pertengahan jarak antara Kartilago krikoid dengan fossa supra sterna
Kira kira 2 jari dibawah kartilago krikoid orang dewasa
Dengan Gunting panjang yang Tumpul , Kulit dan jaringan dibawahnya di pisahkan lapis demi lapis dan ditari ke lateral ,Tampak Trakea
Bebaskan Ismus , ismus diklem dan dipotong tengahnya , lalu diikat Tepinya
Lakukan aspirasi
Buat stoma dengan Memotong cincin trakea ke tiga
Memasang kanul dan kanul difiksasi dengan tali di leher
Luka Operasi ditutup
Perawatan pasca Trakeotomi
Scret dapat menyumbat sehigga dapat terjadi asfiksia oleh sebab itu secret di trakea harus diisap keluar
Dan Kanul dalam dicuci sekurang kurang ya 2 kali sehari lalu dimasukkan lagi kedalam kanul luar
Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu yang lama maka kanul luar harus dibersikan 2 kali seminggu
Krikotirotomi
Krikotomi merupakan tindakan penyelamatan yang lebih muda dan lebih cepat dapat dilakukan pada penderita dalam keadaan gawat napas dan darurat dengan cara membelah Membran Krikotiroid
Teknik Krikotirotomi
Kepala Penderita di ekstensi kan pada persendian atlato oksipital
Indetifikasi Puncak Tulang rawan tiroid ( adam apple) dan diFisasi dengan tangan kiri
Dengan Telunjuk tangan kanan tulang rawan tiroid diraba kebawah sampai ditemukan Kartilago Krikoid, Membran Krikoid terletak diantara ke dua tulang rawan ini
Dibuat sayatan Horisontal pada Kulit
Bagian bawah kartilago Tiroid terlihat …Tusukan Pisau dengan arah kebawah
Masukkan Kanul Yang tersedia
Parasat Heimlich
Prasat Heilmlich merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyubat laring secara total atau benda yang berukuran besar yang terletak di Hipofaring
Pada Parasat Heimlich dilakukan Tekanan kedalam dan ke atas rongga perut sehingga diagframa terdorong keatas -? Udara ini akan mecari jalan keluar melalui bronkus ,trakea -? dan akhirnya mendorong sumbatan laring keluar
Broskopi
Jenis Bronskopi terbagi atas
1. Bronskopi kaku
2. Bronskopi serat optik
Bronskopi kaku
Pipa yang dari metal dengan lampu.Terdapat 2 macam, yang di letakkan di distal ( pada ujung bronkoskop ) atau Proksimal
Lampu Proksimal terletak pada gagang bronkoskop Dan diproyeksikan dari tepi lensa okuler ke distal Bronksokop ( tepi Haslinger)
Dengan Kemjuan teknologi sekarang dibuat lampu terang 150-450 waat yang berisi halogen yang disalurkan dengan serat optic kebagian distal Bronkoskop
Bronkoskopi serat optic
Merupakan gabungan serat optic ( gelas) yang menyalurkan cahaya nya ke ujung distal bronkoskop
Bronkoskop ini lentur sehingga dapatdi masukkan kedalam lubang bronkus
Mamfaat Bronkuskopi serat optik
Mamfaaat Bronkoskopi serat Optik Rasa nyeri yang menimal dapat dilakukan dengan analgesia saja ( Tampa anestesi – umum )
Karena Lentur nya dapa dimasukkan ke cabang – cabang bronkus malahan sampai ke sub segmen untuk mencari tumor ganas
Mamfaat Bronkoskopi Kaku
• Pada anak anak karena Trakea dan Glotis masih sempit
• Pada Perdarahan massif
• Mengisap secret dari Trakean dan Bronkus
• Untuk Mengeluarkan Bronkolit
• Untuk mengeksterpasi adenoma bronkus
• Untuk mengeluarkan benda asing dari trakea dan bronkus terutama pada anak anak
• Trakea sempit seperti pada stiriktur trakea tau penekanan dari luar atau tumor intra lumen
• Fotografi pada Trakea da bronkus Utama serta orifisiumnya dengan memakai taleskop
Indikasi Bronkoskopi
Sebagai Penentuan Diangnosis
Hemoptisis
Batuk kronik
Wheezing
Kelainan Radiologi seperti pada Phenemonia yang Menetap atau berulang , Atlektasis, Abses paru dan tumor Bronkus
Kelainan estra- torakal berupa
Pembesaran getah bening dileher dan aksial sebagai metastasis tumor ganas
Eritema Nodusom
Clubbing Fingger dan osteoatropati Pulmoner Hipertrofi
Sumbatan vena cava superior
Perubahan suara karena kelumpuhan saraf reekuren yang Disebabkan Penekanan pada Pembesaran Kelenjar getah bening
Karsinoma Osefagus yg Metastasis Ke Bronkus
Tumor ganas Tyroid yang Mempengaruhi Tractus trakea bronkiale
Sebagai Terapi
Mengeluarkan Benda asing pada saluran Trakeo Bronkiale
Mengisap secret yang ada dalam bronkus
Penyubatan bronkus oleh secret yang kental Dengan cara melakukan pencucian dengan hasil yang memuaskan
Menyeprotkan obtab ke Lumen Bronkus pada kasus Bronkestasis setelah secretnya dikeleuarkan
Melebarkan bronkus ( Businase)
Mengeluarkan Tumor jinak ( Endo trakea )
Kontraidikasi relative
• Kasus dengan Progosis Buruk
• Pasien dengan lemah dan tua
• Hipertensi pulmonom
• Keadan dengan kardiou pulmonom yang buruk
• Aenurima aorta Tidak boleh mnggunakan bronkoskopi kaku karena aneurimanya bias peca
• Trauma atau ankilosing vertebrae servicalis ( aman Menggunaka serat optic)
• Trismus ( aman Menggunaka serat optic) Melalui hidung
Kontra indikasi Absolut
Penyakit perdarahan dapat menyebabkan hematoma interlumen atau perdahan yang sulit diatasi
Hipoksia
Hiperkapnea
Aritmia jantung
Infark miokar akut
Dekompensasi cordis
Radang akit saluran Pernapasan (Laringo –trakeo –Bronkitis akut)
Penyakit Dan Kelainan Esofagus
Atresia Esofagus dan Fistula Trakeo esophagus
Atresia Esofagus dan Fistula Trakeo esophagus Terbagi menjadi 5 kalisfikasi ( Adkins)
1. Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian distal (terbanyak )
2. Atresia Esofagus terisolasi
3. Fistula Trakeo esophagus terisolasi
4. Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian Proksimal
5. Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian Proksimal dan Distal
Gejala
Pengumpulan secret dimulut dan dapat terjadi aspirasi berulang
Pada saat anak diberi minum Timbul gejala tersedak batuk , regurgitasi, gawat napas , sianosis
Atresia Esofagus terisolasi dan Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian Proksimal biasanya tidak di temukan udara di lambung
Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian Distal ditemukan udara dalam lambung sehingga perut kembung
Terapi :
Dilakukan foto thoras untuk melihat anomaly jantung atau arkus aourta yg terletak disebela kanan
Pada atresia esophagus dilakukan anastomosis sedangkan Fistula Trakeo esophagus dilakukan penutupan fistel
Divertikulum esophagus
Divertikulum esophagus dibagi menurut lokasinya
Divertikulum faringio-esopagus ( Divertikulum zenker) Terletak pada Perbatasan Faring dengan Esofagus
Divertikulum Parabronkhial Terletak Disekitar Bifurkasi Trakea
Divertikulum Epifrenik Terletah didaera sepertiga bawah esophagus biasanya diatas diagfragma
Etilogi
Divertikulum Faringo esophagus disebabkam gangguan motilitas dari esophagus . kelainan konggenital, atau kelemahan yang didapat pada dinding oto tHipofaring atau esophagus
Divertikulum Prabrokial disebabkan oleh kelaunan konggenital atau TBC kelenjar limfe mediastinum
Divertikulum Epifrenik , Peyebabnya beelum dapat ditentukan , tetapi diduga akibat kelemahan dinding otot secara Konggenital
True Divertikulum terdapat seluruh lapisan dinding espfagus ditemukan sedangn pada False Diverticulum hanya Lapisan muksa dan sub mukosa ditemukan
Diverticulum Menurut cara terbntuknya terbagi atas
Diverticulum Desakan merupakan suatu divertikulum palsu akibat terdapatnya defec pada Otot antara serat oblik otot Konstiritor inferior faring dengan serat Tranfersa dari otot krikofaring , Akibat desakan pada waktu menelan, Mukosa terdorong keluar membentuk kantong yang makin lama makin membesar sehingga terbentuknya divertikulum.
Diverticulum tarikan merupakan suatu diverticulum asli berasal dari proses Peradangan yang berdekatan dengan esophagus dimana terbentuk kontraktur jaringan ikat pada dinding esophagus yang kemudian menarik dinding esophagus kea rah luar
Gejala
Terdapat Retensi makanan
Disfagia yang hebat Bila sudah membentuk Kantong yang luas
Regurgitasi Dapat terjadi segera setelah makan dan minum
Pada Diverticulum Parabrokial dapat menyebabkan nyeri pada dearah sub sternal
Divertikulum Epfrenik dapat menyebabkan rasat terbakar didada, , Nyeri pd Epigastrium serta anoreksia sehingga terjadi penurunan Berat badan
Diagnosis
1. Foto Rontgen Lateral mengunakan Kontral barium
2. Foto Rontgen PA untuk mengetahui adakah tanda tanda aspirasi
Penatalksaan
Jika divertikulum tidak menimbulkan gejaka maka diwajibkan mengosongkan kantong dengan cara minum dengan air pada Posisi Terlentang atau Miring. Jika sudah menggangu atau menibulkan gejala yang berat maka dilakukan Divertikulektomi
Akalasia
Akalasia ialah Suatu Kelainan esophagus dimana tidak mempunyai bagian distal esophagus utuk relaksasi dan berkurangnya peristaltic esophagus karena diuga inkordinasi neuromuskuler .akibatnya bagian proksimal pada tempat penyempitan akan melebar disebut Mega –esofagus
Etiologi
Disfungsi neuro muskuler dengan lesi primer Mungkin terletak dinding esofagus. N, Vagus, Batang Otak
Secara histology di temukan kelainan ditemukan kelainan berupa degenerasi sel ganglion Plexus auroback sepajang Thoracal esophagus hal ini diduga sebagai peyebab gangguan peristaltic
Gangguan emosi dan trauma Psikis dapat meyebabkan bagian distal esophagus mengalami Kontraksi
Gejala
Disfagia
REgurfitasi
Nyeri didaerah Sub sternal
Pada stadium lanjut dapat menyebabka Rasa nyeri pada daerah epigastrium dab rasa nyeri ni menyurupai serangan angina pectoris
Penurunan Berat badan
Diagnosis
Pemeriksaan Radiologik
Pada Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan kontras ditemukan Tampak dilatasi 2/3 bagian distal esophagus serta penyempitan dibagian distal esophagus menyurupai ekor tikus( Mouse Tail Apperance)
Pemirikasan Esofaguskopi
Tampak Pelebaran lumen esophagus dengan bagian distal yang Menyempit
Mukosa esophagus berwarna pucat , edema, kadang kadang terdapat tanda esofagitis akibat retensi makanan
Pemeriksaan Manometrik
Tekanan istirahat badan esophagus meningkat ..Tidak terdapat pergerakan peristaltic sepajang esophagus sebagai proses menelan
Tekana spinter esophagus bagian bawah normal atau meningkat ….tidak terjadi relaksasi spinter pada waktu proses menelan
Terapi
Diet tinggi kalori
Psikoterapi
Medikametosa yaitu Prefarat Nitrit antikolinergik dan penghambat adrenergic, Kalsium anagonis
Dilatasi dapat dilakukan dengan businasi atau balon dilator
Operasi esopago –kardiomiotomi ( Operasi Heller)
Varises Esofagus
Varises Esofagus dibagi menjadi 2 bagian
1. Varises esophagus dengan Hipertensi portal
2. Varises esophagus tampa Hipertensi portal
Langganan:
Postingan (Atom)