tag:blogger.com,1999:blog-23285013473833344402024-03-08T10:56:30.647-08:00Buku THT Untuk KoasAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/15993039444093116780noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-2328501347383334440.post-52261158907947406262012-05-30T09:00:00.001-07:002012-06-17T10:04:45.775-07:00THT untuk dokter muda<br />
Telingah<br />
Anatomi Telinga<br />
Telingah luar terdiri dari :<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Daun teingah dari tulang rawan elastin dan kulit,<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Liang telinga Terdiri dari 1/3 bagian luar dibentuk oleh rangka tulang rawan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>2/3 nya bibentuk oleh Tulang <br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada 1/3 bagian kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen ( Modifikasi kelenjar<br />
keringat = kelenjar seromenosa) dan rambut<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada 2/3 bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen<br />
Telingah Tengah<br />
Telingah tengah berbentuk kubus dengan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Batas Luar : membrane timpani<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Batas Dalam : Berturut dari atas ke bawah : kanalis semi sirkularis Horizontal, Kanalis<br />
Fasialis,Oval Window ,Round window, Dan Promontorium<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Batas Depan : Tuba estucius<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Batas belakang : Aditus ad antrum , Kanali Facialis pars Verticalis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Batas atas :Tegmen Timpani<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Baras Bawah : Vena Jugularis ( Bulbus Jugularis) <br />
<br />
Membran Timpani Terbagi atas<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pars Flaksida ( Membran Shrapnell)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pars Tensa ( Memberan Propria)<br />
<br />
Pars Flaksida<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Terdiri dari 2 lapis yaitu pada bagian luarnya lanjutal epitel kulit liang telinga sedangkan bagian dalamnya dilapisi oleh sel kubus bersilian<br />
<br />
Pars tensa<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mempunyai satu lapisan ditengahnya yang terdiri dari serat kolagen dan sedkit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler dibagian dalam<br />
Banyangan Penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai umbo , dari umbo bermula reflek cahaya cone of light kearah bawah jam 7 untuk timpani kiri dan jam 5 untuk membrane timpani kanan:<br />
Reflek Cone of light : Cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani. Dimembran timpani ini terdapat 2 serabut sirkuler dan radier . Serabut ini lah yang menyebabkan Timbulnya cahaya yang berbrntuk kerucut<br />
<br />
Mmbran Timpani terdapat 4 kuadran : dengan Menarik garis dari Posesus Longus maleus dengan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Anterior- Superior<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Anterior- Inferior<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Posterior- Superior<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Posteritor – Inferior<br />
<br />
Bila melakukan meringotomi atau parasitesi Dibuat insisi dibagian Kuadran Posterior –Inferior Karena pada bagian ini tidak terdapat tulang pendengaran<br />
Dildalam telingan tengah terdapat tulang tulang pendengaran : Maleus melekat pada inkus , Inkus melekat pada stapes : Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea, Hubungan antara tulang tulang pendengaran adalah merupakan persedian<br />
Pada pars Flaskida terdapat daerah yang disebut atik :ditempat ini terdapat aditus ad antrum yaitu lubang yang menghubungkan antara telingah tengah dengan atrum mastoid<br />
Tuba Estacius: menghunbungkan Nasofaring dengan telinga tengah<br />
<br />
Telianga Dalam terdiri dari<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Koklea ( Rumah simput )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis<br />
<br />
Ujung atau Puncak koklea disebut Hilecotrema ? Menghubungkan Prelimfe skala timpani dengan skala vestibuli<br />
Skala Vestibuli dengan Skala timpani berisi PreLimfe<br />
Skala Media Berisi endolimfe<br />
Dasar skala Vestibuli disebut Membran Reisnnner sedangkan Dasar skala media adalah membrane basalis , Pada membrane ini terdapat organo corti<br />
Pada Membran Basal melekat sel Rambut terdiri dari sel rambut dalam , sel rambut luar dan kanalis corti yang mebentuk organ corti<br />
<br />
Fisiologi Pendegaran<br />
Getaran suara Ditangkap oleh daun telinga?Liang Telinga?Membran Timpani bergentar?Gentaran diteruskan ke Tulang- Tulang pendengaran ?Stapes Menggerakkan Tingkap lonjong ( Foramen Ovale ) yang juga menggerakkan Prelimfe dalam Skala Vestibuli? Getaran Diteruskan ke Membrane Reisner yang mendorong endolimfe dan membrane basal kea rah bawah ?Prelimfe Dalam skala Timpani akan bergerak sihingga Tinggkap bundar ( Foramen Rotundum ) terdorong kearah luar? Skala Media menjadi cembung mendesak endolimfe dan mendorong membrane basal ke bawah dan meggerakan prelimfe pada skala timpani ?Berubahnya Membran basal ;Ujung sel rambut menjadi lurus ? Rasangan Fisik Diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dengan natrium memjadi aliran listrik dan dialirkan oleh cabang cabang N VIII ? Otak Area ( 39 -40 )<br />
<br />
Audiologi<br />
<br />
<br />
Audiologi Ialah ilmu yang mempelajari seluk beluk fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan Hablitasi dan rehablitasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hablitasi : Usaha untuk memberikan Fungsi yang seharusnya di miliki<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rehablitasi :Usaha Untuk mengembalikan Fungsi yang perna di miliki<br />
Audiologi Medik terbagi atas<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Audiologi dasar<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Audiologi Khusus<br />
Audoologi Dasar Ialah Pengetahuan mengenai Nada Murni , Bising, Ganngguan pendengaran serta cara pemeriksaannya . Pemeriksaan Pendengaran yang dilakukan dengan<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tes Pelana<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tes Berbisik<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Audiometer Nada murni<br />
<br />
Audiologi KHusus<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Untuk membedakan Tuli SarafKoklea dengan Retro Koklea<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Audiometri Obyektif<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Test Tuli Untuk tuli an organic<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Audiologi anak<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Audiologi Industri<br />
<br />
Cara Pemeriksaan Pendengaran<br />
Test Pelana adalah tes ini Merupakan test kuantitatif terbagi atas<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Test Rinne ialah test untuk membandingkan Hantaran melalui udara dan hantaran melalui<br />
Tulang pada telingah yang di periksa<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Test Waber Ialah test Unutuk membandingkan Hantaran tulang pendegaran Telinga kiri dan dengan Telinga kanan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Test Schwaback ialah Membandingkan Hantaran tulang yang diperiksan dengan Pemeriksa dengan Pendegaran Normal<br />
Pada Umumya Pelana Yang sering dipakai 512. 1024, 2048 Jika Memakai 1 pelana di gunakan 512<br />
Tes Rinne<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tes Waber<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tes Schwabach<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Diagnosis<br />
+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tidak ada Lateralisasi<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sama dng Pemeriksa<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Normal<br />
-<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Laterlisasi Ke sisi sakit<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span> Memajang<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tuli konduktif<br />
+<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Leteralisasi sisi sehat<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Memedek<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tuli sensonural<br />
<br />
Test Berbisik :<br />
Pemeriksaan ini bersifat semi kuantitatif menentukan derajat ketulian secara kasar.Hal ini dilakukan pada Ruangan yang tenang dengan panjang menimal 6 meter . pada nilai normal tes berbisik 5/6: 6/6<br />
Audiometri Nada Murni<br />
NadaMurni : Merupakan Bunyi yang hanya mempunyai satu Frekwensi dinyatakan dalam jumlah getaran Per detik<br />
Bising : Merupakan bunyi yang memiliki banyak Frekwensi terdiri dari<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Narro band : Spectrum Terbatas<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>White Noise : Spectrum Luas<br />
Frekwensi : Nada Murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang sifatnya harmonis sederhana, Jumlah getaran perdetik dinyatakan dalam HerZ<br />
Bunyi : suara yang dapat didengar oleh telinga manusia mempunyai ferkwesi 20 herz-18,000 Herz<br />
Intesiatas Bunyi dinyatakan dalan bentuk decibel Terbagi atas<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Db hl ( hearing level, )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Db sl ( Sensation level )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Db SPl ( Sound Pressure level)<br />
<br />
Abang dengar adalah Bunyi nada murni yang terlemah pada frekwensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang<br />
Nilai Nol audiometric; yaitu Intesitas nada murni yang terkecil pada suatu Frekwensi tertentu yang masih dapat didegar oleh telinga rata rata orang dewasa muda yaitu 18-30 tahun<br />
Standar yang Dipakai Menggunakan ISO( Internasional Standar Oraganisasi ) Dan Asa ( Amenican Standar Asosiation)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>0 db ISO = -10 bd ASA<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>10 db ISO = 0 db ASA<br />
Notasi audiogram<br />
Untuk Pemeiksaan audiogram dipakai<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Grafik AC yaitu dibuat dengan garsi lurus penuh , Intesitas yang diperiksa antara (125 -8000<br />
hz) dan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Grafik BC dibuat garis garis terputus putus ( intesitas yang diperiksa 250 hz -4000 hz)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Untuk telinga kiri dipakai warna Biru dan telinga kanan warna merah<br />
<br />
Pada Interpretasi Audiogram Dapat diperhatikan atau ditulis<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Telinga yang mana<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Apa jenis Ketuliaannya<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bagaimana Derajat ketuliannya<br />
<br />
Jenis Ketulian terbagi atas<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tuli konduktif<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tuli sensoneural<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tuli Campur<br />
Derajat Ketulian dihitung dengan Menggunakan indeks Fletchter<br />
Ambang Dengar :<br />
AD 500 + AD 1000 Hz + AD 2000 HZ<br />
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>3<br />
Derajat Ketulian yang dihitung hanya ambang dengar hantaran Udara saja ( AC )<br />
Derajat ketulian<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>00-25 db : Normal<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>26-40 db<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Ringan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>41-60 db<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Sedang<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>61-90 db : Berat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>>90 db<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Sangat berat<br />
Dari Pemeriksaan audiogram disebut ada GAP. Apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih atau sama denga 10 db menimal pada 2 frekwensi yang berdekatan<br />
Pemeriksaan dengan menggunakan Masking : apabila telingah yang Diperiksa mempunyai perbedaan yang mecolok dengan telinga yang lain Dengan Cara memberikan Bising<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>NB :Narro Bandnoise Masking Audiumetri Nada murni<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>WN : Masking pada Audiometi tutur<br />
<br />
Normal<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>AC – BC sama atau kurang dari 25 db<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>AC – BC Berimpit , Tidak ada gap<br />
Tuli Sensoneural<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>AC- BC lebih dari 25 db <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>AC- BC Berimpit Tidak ada gap<br />
Tuli Konduktif<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>AC lebih dari 25 db tetapi BC Normal atau kurang dari 25 db<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>AC – BC ada Gap<br />
Tuli Campur<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>AC Lebih Besar dari BC<br />
BC lebih dari 25 gap<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>AC – BC ada Gap<br />
<br />
Tuli Koklea dan tuli Retro koklea<br />
Untuk membedakan Tulu koklea dan Retro koklea dibutuhkan pemeriksaan auidometri khsus<br />
Audiometri Khusus<br />
Untuk mempelajari audiometri Khusus di perlukan pemahaman istilah recuiment dan decay<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Recuiment ialah suatu fenomena terjadi sensitifitas pendengaran yang berlebihan di atas abang dengar keadaan ini khas untuk tuli koklea . Pada kelainan koklea pasien dapat membedakan bunyi 1 db sedangkan pada orang normal baru bisa membedakan ya pada 5 db<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Decay: ( Kelelahan) merupakan adaptasi abnormal merupakan tanda khas pada tuli retrokoklea, saraf pendegaran cepat lelah bila dirasang terus menerus. Bila dibeli istirahat akan pulih kembali<br />
<br />
Fenomena tersebut dapat dilacak dengan Pemeriksaan sebagai berikut<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tes SISI ( Short sensitivity Index )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Test kelelahan ( Tone Decay )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Audiometri tutur<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Audiometri bekesay<br />
Tes SISI ( Short increment sensitivity Index )<br />
Tes ini khas untuk mengetahui adaya kelainan koklea dengan memakai fenomena rekuitmen cara pemeriksaan: Menentkan abang dengar pasien terlebih dahulu Misalnya 30db kemudian diberi 20 db diatas abang rangsang yaitu 50 db. Setelah itu diberikan tambahan 5 db lalu diturunkan 4 db lalu 3 kemudian 2 dan 1 db bila pasien dapat membedakan maka TEST dinyatakan +<br />
Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness)<br />
Pada Test ABLB diberikan intesitas bunyi tertentu pada ferkwensi yg sama pada kedua telinga, sampai kedua telingah mencapai presepsi yang sama ,Yang disebut balans negative. Bila balans tercapai terdapat recuitmen positif<br />
Test Kelelahan ( Tone Decay)<br />
Terjadi kelelahan saraf oleh karena perasangan terus –menerus . Jadi kalau telinga yang diperiksa dirangsang terus menerus terjadi kelelahan .Tanda pasien tidak dapat mendengar dengan telinga yang diperiksa<br />
Ada 2 cara<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>TTD = Treshold tone decay<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>STAT= Supra threshold Adaptasi tes<br />
<br />
TTD Cara Gerhart memberikan Persangan secara terus menerus dengan intensitas sesuai dengan ambang dengar . Misalnya 40 db bila setelah 60 detik masih tetap mendengar maka test dinyatakan negative , jika sebaliknya terjadi kelelelahan atau tidak mendegar maka test dinyatakan +<br />
Kemudian intesitas Bunyi ditambah 5 db jadi 45 db maka pasien dapat mrndengar lagi,rangsangan dilakukan dengan 45 db selama 60 detik dan seterusnya<br />
Penambahan <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>0-5 <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>= Normal<br />
10-15<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>= Ringan<br />
20-25<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>= Sedang<br />
>30<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>= Berat<br />
STAT<br />
?<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Cara pemeriksaan ini dimulai oleh Jegger<br />
?<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Prinsipnya pemeriksaan pada 3 Frekwensi( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL = 100 db Sl<br />
?<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Artinya Nada Murni pada frekwensi ( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL diberikan secara terus menerus selama 60 detik , terjadi kelelahan maka tes dinyatakan +<br />
Audiometri tutur<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada tes ini dipakai satu suku kata dan 2 suku kata,<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kata kata ini disusun dalam daftar Phonetically balance Word LBT ( PB,UST)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pasien disuruh mengulanngi kata kata yang di dengar melalui kaset tape recorder<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada tuli saraf koklea , Pasien sulit membedakan bunyi S,R,H,C,H,CH<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi<br />
Dinilai dengan menggunakan speech discrimination score<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>90 – 100 % berari Pendengaran Normal<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>75 – 90 % Tuli Ringan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>60 – 75 % Tuli sedang<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>50 - 60 % Kesukaran dalam mengikuti pembicaraan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>< 50 % Tuli Berat<br />
Audiometri Bekessy<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Prinsipnya mengunakan Nada yang terputus dan Continyu<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bila ada suara masuk maka pasien menekan tombol<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ditemukan grafik seperti gigi gergaji<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Garis yang Menaik adalah priode suara yang dapat didengar<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Garis yang turun ialah suara yang tidak di dengar<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada telinga normal amplitude 10 db sedangkan pada Recuitmen amplitude lebih kecil<br />
<br />
Normal<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nada Terputus dan terus menerus Berimpit<br />
Tuli Saraf Koklea<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nada terputus dan terus menerus berimpit hanya sampai frekwensi 1000 hz dan grafi kotinue makin kecil<br />
Tuli f Retro koklea<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nada Terputus dan terus menerus berpisah<br />
<br />
Audiometri Obyektif<br />
Terdapat 3 cara pemeriksaan yaitu<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Audiometri Impedans<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Electro kokleo grafi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Envoke rensponse Audiometri<br />
<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Audiometri impedans pada pemeriksaan kelenturan membrane timpani dengan tekanan tertentu pada Meatus Acusticus Eksterna<br />
a.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Timpanometri yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani Misalnya ada cairan , gangguan rangkaian tulang pendegaran , Kekakuan pada membrane Timpani dan membrane timpani sangat Lutur<br />
b.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Fungsi Tuba Estacius : Untuk mengetahui Fungsi Tuba ( Terbuka atau Tertutup )<br />
c.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Refleks stapedius ? Pada telinga Normal Reflek satapedius muncul pada Rangsangan 70 – 80 db<br />
Pada Lesi koklea ambang rangsang reflex Stapedius Menurun sedangkan pada Lesi Retrokolea ambang rangsang itu naik<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Elektrokokleografi<br />
Pemeriksaan ini digunakan untuk merekam gelombang – gelombang yang khas dari evoke elctro potensial koklea<br />
Caranya Dengan Elektroda jarum , Membran timpani ditusuk sampai ke Promontorium kemudian dilihat grafiknya<br />
<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Envoke Rensponce Audiometri<br />
Pada pemiriksaan ini di pakai elektroda permukaan , Kemudian direkam gelombang – gelombang yang datang dari batang otak , Terdapat 5 macam gelombang<br />
Gelombang I<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Datang Dari koklea<br />
Gelombang II<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Datang dari Nucleus Koklearis<br />
Gelombang III<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Datang dari Nucleus oliva superior<br />
Gelombang IV <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Datang dari leminiscus lateralis<br />
Gelombang V <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Datang Dari Folikulus Inferior<br />
<br />
Pemeriksaan Tuli Anorganik :<br />
Pemeriksaan ini di perlukan untuk memeriksa seseorang yang pura pura tuli ( menginkan asuransi )<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Cara Stenger ? memberikan 2 nada suara yang bersamaan pada ke 2 teliga, Kemudian pada sisi yang sehat nada di jauhkan<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dengan Audiometri nada murni secara berulang dalam satu minggu , Hasil audiogram berbeda<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dengan Impedans<br />
<br />
Audiologi Anak<br />
Untuk memeriksa ambang dengar anak dilakukan didalam ruangan Khusus ( Free Field)<br />
Cara memeriksanya dengan beberapa cara<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Neometer? dibunyikan suara kemudian perhatikan reaksi anak<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Free field test-? Dilakukan pada ruangan Kedap suara ?anak sedang bermain kemudian diberikan rangsang bunyi , Perhatikan reaksiya<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Screening ? Untuk screening ( Tapis masal ) dipakai hantaran udara saja dengan Frekwensi 500 hz, 1000 hz, 2000 hz<br />
Gangguan Pendengaran Pada Bayi dan AnaK<br />
Penyebab gangguan Pendengaran dibedakan Pada masa Prenatal , Massa Perinatal dan Post natal<br />
Massa Pre Natal<br />
Genitik<br />
Non Genetik seperti gangguan / kelainan pada massa kehamilan, Kelainan strutur anatomi, Kekurangan giizi<br />
Infeksi Pada massa Kehamilan trimester I baik itu Infeksi dari Bakteri maupun Virus . Misalnya Tosoplasmosis , Rubella, Cytomegalo Virus, Herpes dan spilis<br />
Obat obatan yang berpotensi mengganggu Proses organogenesis dan merusak sel sel rambut koklea seperti salisilat , kina, neomisin, thalidomide, barbiturate<br />
Massa Peri Natal<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Prematuritas < 37 minggu<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Berat badan lahir rendah < 2500 gram<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tindakan Dengan Alat pada proses Kelahiran ( Extraksi Vakum , Forsep )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Asfiksia dan Anoksia otak ( Nilai Apgar kurang dari 5 pada 5 menit pertama )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hiperbilirubenemia ( >20 mg/100 ml )<br />
Massa Post natal<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Infeksi Bakteri atau virus Misalnya Rubella, campak, Parotis, Meningitis, Encefalitis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Perdarahan Pada Telinga tengah<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Trauma Temporal<br />
Joint Comite on Infant Hearing menetapkan pedoman resiko tinggi terhadap ketulian<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Riwayat keluar dengan ganngguan pendengaran bawaan<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Riwayat Infeksi Prenatal ( Infeksi TORCHS)<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kelainan anatomi telinga<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lahir Prematur < 37 minggu<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Berat badan Rendah < 1500 gram<br />
6.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Persalinan dengan Tindakan<br />
7.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>HiperBilirubinemia<br />
8.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Asfiksia ( Apgar renda 0-3 )<br />
<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pemerisaan Brain Evoked Response Audiometi merupakan tes yang obyeketif pada Bayi yang baru lahir<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Seseorang bayi mampu berkomunikasi pada usia 18 bulan, pada saat itu merupakan priode kritis untuk mengetahui adanya gannguan pendengaran<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Proses untuk Habilitasi paling bagus bagi tuna rungu sebelum umur 3 tahun<br />
<br />
Free Filed test<br />
Pemeriksaan ini dilakukan pada ruangan yang cukuo tenang( Bising lingkungan tidakm melebihi 60 desibel )Idealnya ruangan kedap suara ( Sound Prof room)<br />
Sebagai sumber bunyi yang sederhana digunakan tepukan tangan , tambur , bola plastic , remasan kertas minyak , Bel, Trompel karet<br />
Sumber bunyi tersebut harus dikalibrasi frekwensi dan intesitasnya<br />
Bila tersedia dipakai Baby reactometer,Neometer , Viene tone ( Frekwensi 3000 HZ ) dengan pilihan intesitas 70,80,90, `100<br />
Dinilai kemampuan anak memberikan respon terhadap sumber bunyi tersebut<br />
Behavioral Obeservation 0-6 bulan<br />
Pafa pemeriksaan ini diamati respons terhadap sumber bunyi berupa perubahan sikap atau reflex yang terjado pada bayi<br />
Bila tidak ada respon terhadap stimuli bunyi , pemeriksaan diulangi sekali lagi<br />
Kalau tetap tidak berhasil dilakukan pemeiksaan ketiga , pemeriksaan tersebut dilakukan 1 minggu kemudian<br />
Bila tetap tidak memberikan respon, Dilakukan pemeriksaan audiologi lanjutan yang lebih lengkap<br />
Condisioned TEST ( 2- 4 Tahun )<br />
Sebelum melakukan pemeriksaan, anak dilatih ( conditioning) melakukan suatu aktifitas permainan<br />
Misalnya memasukkan kelereng pada kotak tepat pada saat dia mendengar stimuli bunyi , setelah anak terbiasa , dilakukan pemeriksaan sebenarnya dengan mengunakan sumber bunyi yang diketahui frekwensinya dan intensitasnya<br />
Audiometri nada murni<br />
Pemerikasaan dilakukan pada anak yang berusia lebih dari 4 tahunyang kooperatif<br />
Sebagi sumber suara dilakukan nada murni Puretone bunyi yang hanya memiliki 1 frekwensi<br />
Pemeriksaan dilakukan pada ruangan kedap suara<br />
Dapat dinilai hantaran udara dan hantaran tulang dengan memasang bone fibrator pada daerah mastoid<br />
Frekwensi yg diperiksa 125, 250, 500,1000, 2000,4000, 8000 Hz<br />
Intesitas bunyi 10-100 db<br />
Berdasarkan audiogram yang dihasilkan, diperoleh informasi tentang jenis dan derajat ketulian<br />
<br />
BERA ( Brain Evoked Renspon Audiometri )<br />
BERA Merupakan pemeriksaan audiologi dan neurologi sangat besar manfaatnya<br />
Mempunyai nilai obyektifitas yang tinggi bila dibangdingkan dengan pemeriksaan audiologi konvensional<br />
Pemakaiian muda dan tidak invasive<br />
Test BERA dapat juga dilakukan pada anak atau bayi yang tidak kooperatifv<br />
Reaksi yang timbul sepanjang jaras jaras saraf pendengaran dapat diteksi berdasarkan waktu yang dibutuhkan<br />
Pada pemiriksaan ini di pakai elektroda permukaan , Kemudian direkam gelombang – gelombang yang datang dari batang otak , Terdapat 5 macam gelombang<br />
Gelombang I<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Datang Dari koklea<br />
Gelombang II<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Datang dari Nucleus Koklearis<br />
Gelombang III<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Datang dari Nucleus oliva superior<br />
Gelombang IV <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Datang dari leminiscus lateralis<br />
Gelombang V <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>: Datang Dari Folikulus Inferior<br />
Hablitasi<br />
Setelah diketahui seseorang anak memderita ketulian , Upaya hablitasi pendengaran harus dilakukan sedini mungkin<br />
Pada anak dengan tuli saraf berat harus segera memakai alat bantu pendengaran<br />
Diperlukan Penilaaian tingkat kecerdasan oleh Psikolog anak,<br />
Dirujuk Untuk proses hablitasi di SLB B atau SLB C tuna rungu dengan Retardasi Mental<br />
Pendidikan Khusus dimulai pada usia 2 tahun pada SLB B yang memilki Unit taman latihan dan obeservasi<br />
Proses Hablitasi Penderita Tuna Rungu memerlukan kerjasama dengan disiplin ilmu yaitu dr, SpTHT, Audiologist, Psikolog anak , Guru khusus untuk tuna rungu, dan keluarga penderita<br />
Implan Koklea<br />
Adalah suatu perangkap elektronik yang mempunyai kemampuan memperbaiki fungsi pendengaran , sehingga akan meningkatkan komonikasi pederitapada tuli saraf berat dan total bilateral<br />
Generasi Implan koklea yang paling mutahir saat ini adalah memiliki 22 saluran chanel<br />
<br />
Indikasi Pemasangan Implan koklea<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tuli saraf bilateral atau Total Bilateral<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Untuk anak dengan tuli saraf berat sejak lahir ( tili Pralingual ) . implant koklea sebaiknya<br />
dipasang pada usia 2 tahun<br />
Mekaniseme Kerja Implan koklea<br />
Impuls suara-? mikrofon dan diteruskan ? Speech Processor melakukan seleksi informasi suara yang sesuai menjadi? kode suara yang akan disampaikan ? Transmiter , Kode Suara akan dipancarkan menembus kulit menuju receiver atau stimulator?, Pada bagian ini kode suara diubah menjadi sinyal sinyal listrik ? sinyal sinyal listrik ? Elektroda – elekteroda yang sesuai didalam koklea , sehinga terjadi stimulasi serabut saraf<br />
Program Rehablitasi Pasca pemasangan implant<br />
Program rehabilitasi dimulai dengan mengatifkan speech Prosesor 4- 6 mimggu setelah pasca beda<br />
Latihan pendengaran dan terapi wicara yang membutuhkan waktu 6 bulan<br />
Proses Rehabiltasi memerlukan kerjasama dengan disiplin ilmu yaitu dr, SpTHT, Audiologist,speec patologis, Anli Terapi wicara , Psikolog anak , Guru khusus untuk tuna rungu,<br />
Evaluasi Pasca Bedah , perangkap elektronik ini harus dipereksa dan di kalibrasi berkala , ( Mapping )<br />
Evaluasi pasca bedah ini dilakukan setiap 6 bulan untuk anak berumur < 6 tahun dan 12 bulan untuk anak berusia >6 tahun<br />
<br />
Presbikusis<br />
Presbikusis adalah tuli sensorineural Frekwensi tinggi terjadi pada usia lanjut ,semetrik kiri dan kanan<br />
<br />
Etiologi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Umumnya Presbikusis merupakan suatu Proses degenerasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Diduga ada hunbungan dengan Faktor factor herediter<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Metabolisme<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pola makan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gaya hidup<br />
Patologi<br />
Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan N VIII<br />
Pada koklea terjadi perubahan yang mencolok yaitu atrofi dan degenerasi sel sel rambut penujang pada organ corti<br />
Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria vaskuler<br />
Terdapat Pula Perubahan berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel sel gangkion dan saraf<br />
Sensorik<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lesi terbatas pada koklea, atrofi organ corti, Jumlah sel Rambut dan sel sel penujang berkurang<br />
Neural<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sel sel neuron pada koklea dan jaras auditorik berkurang<br />
Metabolik<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Atrofi stria Vaskuler , Potensial microponic menurun, Fungsi sel dan keseimbangan biokimia/bioelectric koklea berkurang<br />
Mekanik <span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Terjadi perubahan gerakan mekanik pada Duktus koklearis, Atrofi pada ligamentum spiralis , Membrane basalis lebih kaku<br />
<br />
<br />
Gejala klinik<br />
Berkurangnya pendengaran secara perlahan lahan dan progresif , semetrik pada kedua telinga<br />
Tinitus Nada Tinggi<br />
Coctail Parti Deafness<br />
Intesitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telingah hal ini disebabkanTerjadi factor kelelahan saraf<br />
Dianosis<br />
Otoskopi ; tampak membrane timpanis suram, Mobilitasnya berkurang<br />
Tes Plana ditemukan tuli sensoneural<br />
Pada Pemeriksaan audiometric nada Murni menunjukkan suatu saraf nada tinggi. Bilateral, semetrik<br />
Pada tahap awal terjadinya penurunann yang tajam ( sloping ) setelah frekwensi 2000 hz, ini terjadi pada tipe sensorik dan neural<br />
Sedangkan garis ambang dengar jenis metabolic dan mekanik gambaran audiogram nya lebih mendatar dan tahap berikutnya mengalami penurunan secara berangsur angsur<br />
Pada Pemeriksaan audiometric tutur menunjukan adanya gangguan diskriminasi wicara. terjadi pada jenis Neural dan koklea<br />
Penatalaksanaan<br />
Rehablitasi<br />
Pemasangan alat bantu dengar<br />
Latihan Membaca Ujaran ( speec Reading )<br />
Latihan Mendengar ( auditori Training )<br />
Terapi Wicara ( Speech terapi )<br />
Tuli mendadak * Sudeen Deafness<br />
Tuli mendadak adalah Tuli yang terjadi secara tiba tba , jenis ketulian nya adalah sensoneural , Peyebab tidak dapat langsung diketahui biasanya terjadi pada satu telinga.<br />
Etologi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Iskemia Koklea<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Inveksi Virus ( Parotis , campak, Influensa tipe b)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Trauman kepala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Trauma Bising yang keras<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Perubahan tekanan atmosfir<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Obat Otoksin<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Neuroma akustika<br />
<br />
Iskemia koklea merupakan peyebab utama tuli mendadak, Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena spasme , Trombosis , atau perdarahan arteri auditiva interna , Pembuluh darah ini merupakan end arteri , sehingga apabila terjadi gagguan pada pembuluh darah ini maka koklea sangat muda mengalami kerusakan<br />
Gejala<br />
Timbul tuli secara mendadak , kadang –kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan tetapi biasanya menetap<br />
Pada Infeksi Virus Trdapat Tuli mendadak biasanya pada satu telinga dapat disertai dengan Tinitus dan Vertigo<br />
Penatalaksanaan<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bed res total ,istirahat fisik dan mental selama 2 minggu<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pemberian Vasodilatansia yang cukup kuat<br />
o<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>3 x900 mg ( 3 amp selama 4 hari)<br />
o<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>3 x 600 mg ( 2 mg selama 4 hari)<br />
o<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>3x 300 mg ( 1 amp selama 6 hari )<br />
o<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Disertai pemeberian Obat oral Compalamin tab 3x2 setiap hari<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Prednison 4x 10 mg tapering off tiap tiga hari<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Vitamin C forte 100 mg 2x1 tablet/hari<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Neurobion 3x1 tab /hari<br />
6.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Diet rendah garam dan rendah kolesterol<br />
7.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Inhalasi oksigen 2 liter/menit<br />
<br />
<br />
Tuli akibat Bising<br />
Ialah Tuli yang diakibatkan oleh terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya disebabkan oleh bising lingkungan kerja<br />
Secara umum bising merupakan bunyi yang tidak diinginkan<br />
Secara audiologi bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai Frekwensi<br />
Bising yang intesitasnya 85 desibel dapat merusak reseptor pendengaran corti di telinga dalam<br />
Yang sering mengalami kerusakan alat corti untuk reseptor yang berfrekwensi 3000-6000 hz<br />
Gejala<br />
Kurang Pendengaran<br />
Tinitus<br />
Coctail party deafness ( kesulitan mendengar serta memahami Pembicaraan di tempat keramaiian )<br />
Bila sudah cukup berat , maka akan terjadi sukar menangkap Percakapan dengan kekerasan biasa , Bila sudah lebih berat maka percakapan yang keraspun sukar dimengeri<br />
Pada pemeriksaan audiologist terdapat Recuiment suatu fenomena pada Tuli saraf koklea<br />
Pada pemeriksaan audiometric nada murni ditemukan Ketulian pada Frekwensi 3000-6000 hz<br />
<br />
Penatalaksanaan<br />
Hindari Lingkungan Bising<br />
Gunakan tutup telinga dan pelindung kepala<br />
Untuk percakapan biasa dapat di coba pemasangan alat bantu dengar (Hearing aid)<br />
Apabila pendegaran semakin memburuk, sehiingga memakai ABD tidak dapat berkomunikasi dengan adekuat maka Dilakukan Psikoterapi untuk menerima keaddanya<br />
Latihan pendegaran agar dapat menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dan Dibantu dengan Membaca Ucapan bibir, Bahasa Isarat, mimic dan anggota gerak<br />
Tuli Akibat Ototoksi<br />
Tuli yang diakibatkan oleh pemebrian obat-obatan yang bersifat ototoksi pada telinga<br />
Etiologi;<br />
Golongan aminoglikosida,<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Streptomisin ,<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gentamisin ,<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Neomisin,<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>kanamisin,<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>tobramisin<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Netil Misin<br />
Tuli bersifat bilateral bernada Tinggi sesuai dengan kehilangan sel –sel rambut pada putaran basal koklea.<br />
Eritromisin<br />
Pemberian eritromisin intravena dapat menyebabkan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kurang Pendengaran<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tinitus yang Meniup<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Perna dilaporkan dapat menyebabkan tuli sensoneural bernada tinggi bilateral<br />
Loop Diuretik<br />
Furosemid, Bumitanide , Ethycyrinic acid dapat menunjukan Potensi ototoksisitas , apabila diberikan pada penderita secara intera vena , Biasanya gannguan pendengaran yang terjadi ringan, tetapi pada kasus kasus tertentu dapat menyebabkan tuli permanen<br />
Obat Anti InFlamasi<br />
Salsilat termasuk Aspirin dapat menybabkan Tuli sensoneural frekwensi tinggi dan disertai dengan tinius<br />
Tepai bila obat dihentikan maka pendengaran akan puli dan tinnitus menghilang<br />
Obat Anti Malaria<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kina dan Kloroquin dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan tinnitus<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tepai bila obat dihentikan maka pendengaran akan puli dan tinnitus menghilang<br />
Obat Anti Tumor<br />
Cis Platinum dapat Menyebabkan ototoksitas adala tuli subyektif , Tinitus dan otalgia , dapat juga disertai dengan gangguan keseimbangan . Tuli biasanya bilateral dengan Frekwesnsi 6 khz dan 8 Khz, Kemudian terkena frekwensi dibawahnya<br />
Biasa terjadi penurunan speech discrimination score<br />
Tinitus Biasanya samar samar<br />
Bila tuli ringan pada peghetian obat dapat pulih kembali , Bila tulinya berat biasaanya menetap<br />
Obat tetesTelinga topical<br />
Obat golongan aminoglikosida seperti, Neomicin dan polimicin b<br />
Terjadinya ketulian oleh karena obat tersebut menembus membrane tingkap bundar ( Ronw window Membran )<br />
<br />
Kelainan Telingah luar<br />
Kelainan Konggenital pada Telinga<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Atresia liang telinga dan Milrotia<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Fisula Periaurcular<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lob Ear<br />
Atresia liang Telinga,<br />
Penyebab nya belum diketahui dengan pasti<br />
Diduga oleh Faktor genetic, , Intoksikasi bahan kimia pada proses organogenesis , pada kehamilan trimester Pertama<br />
Inveksi Virus yang terjadi pada Trimester pertama kehamilan<br />
Pada Atereksia Unilateral sebaiknya di operasi setelah berumur 15-17 tahun<br />
Pada Atersia bilateral , sebaikanya diberikan alat bantu dengar , baru dioperasi setelah berusia 5 – 7 tahun<br />
Operasi yang dilakukan adalah beda mikro dilakukan 5-6 jam<br />
Fistula priaurikuler<br />
terjadi ketika pembentukan daun telinga pada massa Embrio<br />
Kelainan ini terjadi gannguan pada emberional pada arkus Brachialis 1 dan 2<br />
Fistel dapat ditemukan depan tragus atau sekitarnya dan sering terinfeksi<br />
Muara Fistel berbentuk bundar atau lonjong , Berukuran seujung Pensil<br />
Dari muara Fistel sering keluar secret yang berasal dari kelenjar sebasea<br />
Biasanya pasien dating berobat dengan Obtruksi dan infeksi pada fistel , Sihingga terjadi Pioderma dan selulitis fasial<br />
Dengan Memasukkan metilen Blue pada Fistel dapat diduga panjang Fistel , cara ini dipakai pada waktu melakukan operasi<br />
Dapat juga Dengan Fistuligrafi dengan mengunakan zat kontras dan kemudian dilakukan pemeriksaan radiologi<br />
Jika terbentuk abses berulang atau pembentukan secret yang kronik maka dilakukan pengangkatan Fistel secara Keseluruan<br />
Lob Ear<br />
Telingah berbentuk seperti kelelawar<br />
Secara Fisiologi tidak mengganggu pendengaran<br />
Kelainan Daun Telinga<br />
Hematoma<br />
Perikondritis<br />
Pseudokista<br />
Hematoma<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Disebabkan oleh Trauma<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Terdapat Penumpukan Bekuan darah pada daerah Tulang rawan dan Perikondrium<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bila hematoma tidak dikeluarkan terjadi organisasi dari hematoma<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Cara Mengeluarakan bekuan darah ialah Insisi secara steril<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Komplikasi yang terjadi apabila tindakan tidak steril ialah perikonditis<br />
Pseuodo kista<br />
Terdapat cairan kekuningan diantara tulang rawan daun telinga dan perikondrium<br />
Pasien tidak mersakan nyeri dating ke dokter<br />
Sebagai Terapi dilakukan pungsi secara steril<br />
kemudian dilakukan balut tekan dengan GIPS selama seminggu , supaya perikondrium melekat pada tulang rawan<br />
Bila Punsi tidak steril maka dapat menyebabkan Perikondritis dan berlajut menjadi teliga lisut (Cauliflower ear)<br />
Perikondritis<br />
Radang pada tulang rawan daun telinga terjadi karena Trauma<br />
Pasca operasi telinga seperti Mastoiditis<br />
Sebagai komplikasi pada Pseudo kista<br />
Komplikasi : Telinga lisut atau Clauflower ear<br />
<br />
Kelainan Liang Telinga<br />
Serumen Obturan<br />
Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebacea dan kelenjar serumen yang terdapat dikulit sepertiga luar liang telinga, Konsitensi nya biasanya lunak<br />
Memeiliki Efek Proteksi sebab membantu membawa kotoran yang ada di liang telinga<br />
Secara Fisologi serumen itu akan keluar dengan sendiri pada saat menguyah dan setelah sampai diliang teligah luar maka akan menguap oleh panas<br />
Apabila terjadi penumpukan dalam liang telinga maka dapat menyebabkan ganngguan Pendengaran<br />
Bila Cerumen bercampur dengan Air dalam liang telinga , Maka serumen Akan mengembang sehingga menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu di Liang telinga<br />
Serumen cair dapat dikeluarkan dengan kapas yang dililit pada pelilit kapas<br />
Apabila padat maka diberikan Karbon Gliseril 10 % selama 3 hari sampai cerumen melunak<br />
Lalu dilakukan Irigasi Liang telinga dengan air Hangat, suhunya sesuai dengan suhu tubuh<br />
Benda Asing Diliang Telianga<br />
Benda Asing dapat Berupa jenis seranggan misanya Nyamuk , semut<br />
Benda asing lainnya yang sering ditemukan pada anak anak yaitu Kacang Ijo atau karet Penghapus<br />
Benda asing yang sering ditemukan Pada Orang dewasa yaitu Patahan korek api<br />
Dapat Terjadi Edema Pada Liang telinga karena Trauma , sehingga akan Menyulitkan untuk mengeluarkannya lagi<br />
Benda Organik akan Mengembung bila diiamkan terperangkap lama<br />
Binatang harus dimatikan terlebih dengan menggunakan rivanol selama 10 menit, Kemudian benda asing Tersebut dirigasi dengan air bersi Untuk mengeluarkannya<br />
Bemda asing yang besar dapat dikait dengan pengait serumen dan yang keci l bias diambil dengan cunam<br />
Otitis eksterna Sirkum skripta<br />
Merpukan Peradangan pada daera 1/3 bagian luar dari liang telinga<br />
Oleh karena kulit 1/3 bagian luar dari liang telianga mengandung adnesa, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen , maka ditempat itu dapat terjadi infeksi<br />
Etiologi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Staplilococus albus,<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Stapilococus auereus<br />
<br />
<br />
<br />
Gejala<br />
Rasa Nyeri yanga hebat tidak sesuai dengan besar bisul<br />
Hal ini terjadi karena kulit pada liang telinga tidak memiliki jaringan ikat longgar dibawahnya<br />
Rasa nyeri timbul spontan , pada waktu membuka mulut ( sendi temporo mandibula)<br />
Selain terdapat juga gangguan pendengaran apabila ferunkel besar meyumbat liang telinga<br />
Terapi<br />
Bila sudah terbentuk abses maka di aspirasi secara steril untuk mengeluarkan nana<br />
Lokal diberikan antibiotic dalam bentuk salep seperti Polimicin atau bacitracina<br />
Antiseptic ( asam asetat 2-5 % dalam Alkohol 2 % )<br />
Obat siptomati seperti analgetic<br />
<br />
<br />
Otitis Eksterna Diffuss<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Radang pada mengenai kulit liang telinga 2/3 dalam<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tampak kulit liang telinga hiperemis , edema dengan batas tidak jelas<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>serta tidak terdapat ferunkel<br />
Etiologi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pseuodomonas<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Stapilococus albus<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Escheria coli<br />
Gejala<br />
Gejala nya sama dengan Otitis Eksterna sirkum skripta<br />
Kadang kadang terdapat secret berbau , secret ini tidak mengandung lendir ( musim ) seperti secret yang keluar dari kavum timfani PADA OMA<br />
Terapi<br />
Masukan Tampon pada yang mengandung antibiotic ke liang telinga supaya terdapa kontak baik antara obat dan kulit yang meradang ,<br />
Dapat Diberikan Antibiotik sistemik<br />
<br />
Hiprtrofi Adenoid<br />
<br />
Adenoid adalah Massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada diding Posterior Naso Faring Dan termasuk cicin Waldayer ,Ukuran Terbesar Ditemukan Pada anak Berumur 3 tahun dan menghilang sama sekali pada Umur 14 Tahun<br />
Akibat Terjadi Sumbatan Koana Pasien Bernapas Melalui Mulut Sehingga Terjadi<br />
Fasies Adenoid Yaitu Tampak hidung kecil, Gigi incisivus kedepan ( Prominen), arkus Faring Tinggi dan Pasien Tampak seperti orang bodoh<br />
Faringitis dan Bronkitis<br />
Gangguan Ventilasi dan Dranase sinus Paranasal sehingga dapat Terjadi Sinusitis Kronik<br />
Diagnosis Ditegakkan Berdasarkan gejala klinik<br />
Pada Rinos kopi anterior : Dengan Melihat Tertahannya gerak Platum mole Pada Waktu Fonasi<br />
Pada Rinoskopi Posterior : Sukar Dilakukan pada anak anak<br />
Kadang Dilakukan Pemeriksaan dengan jari untuk meraba daerah naso faring dengan jari . Tetapi cara ni dapat menyebabkan Pasien Muntah<br />
Dilakukan Pemeriksaan Radiologi Yaitu Foto Tengkorak lateral<br />
Tosilo Faringitis <br />
Radang akut Orofaring dapat Berupa Faringitis atau Tonsilitis akut , Peyakit ini sering ditemukan dan dapat menyerang semua umur<br />
Etiologi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Streptococus Varidans<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sterptococus Pyogenes<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Adenovirus<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Echo Virus<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Virus Influensa<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Herpes<br />
Patologi<br />
Mula Mula Terjadi Infiltrasi pada lapisan epitel ? Epitel Mengalami Pengikisan ? Maka Jaringan Limfoid superficialis mengadakan reaksi ? Terdaapat bendungan radang dengan Infiltrasi Leukosit PMN-? Proses ini secara klinis Tampak Kriptus Tonsil yang berisi Denritus-? Denritus Merupakan Kumpulan Bakteri , Leukosit, Dan epitel yang terlepas .<br />
Suatu tonsillitis akut dengan Dedritus yang jelas Disebut Tonsilitis Folikularis,<br />
Bila bercak bercak dedritus itu berdekatan menjadi satu disebut Tosilitis Lakunaris<br />
Bercak detritus yang melebar itu dapat lebih Lebar sehingga terbentuk membrane semu ( Pseudo Membran )<br />
Diangnosis Banding<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>angina Plaut Vincent ,<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tosilitis difteri ,<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Scarlet Fever<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Angina agranulositosis<br />
Gejala Klinik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Deman Mencapai 40 derajat c<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rasa lesu<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rasa nyeri pada persedian<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tidak ada nafsu makan ( anoreksia )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rasa Nyeri di Telingah ( Otalgia ) Karena Refred Pain dari N IX<br />
Pemeriksaan :<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tampak Mukosa Faring mengalami Hiperemis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tonsil Meradang<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Terlihat detritus berbentuk folikel , Lakuna tau Membran<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kelenjar Sub mandibula Membengkak dan Nyeri tekan<br />
Terapi <br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Antibiotik atau sulfonamide<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Analgetik/antipiretik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Obat Kumur atau obat isap yang mengandung Disinfectan<br />
<br />
<br />
Tonsilitis Membranosa<br />
Penyajit yang termasuk dalam golongan Tosilofaringitis Membranosa ialah<br />
Tonsilitis Defteri<br />
Tonsilitis Septik<br />
Angina Plaut Vincent<br />
Penyakit Kelainan darah sepperti Leukemia akut , anemia Pernisiosa , Neutropenia maligna serta Infeksi mononukleusis<br />
Proses specific : TBC dan Lues<br />
Infeksi Jamur : Monoliasis , aktinomikosis dan blastomikosis<br />
Infeksi Virus seperti Morbili, Pertusis dan skarlatina<br />
Tosilitis Defteri<br />
Merupakan suatu Penyakit radang tonsil yang disebabkan oleh Coryne bacterium Diphteriae ( Gram Positif ) , Kuman ini umunya terdapat disaluran napas bagian atas yaitu Hidung , faring dan laring<br />
Gejala dan tanda<br />
Penyakit ini ditandai dengan adanya membrane semu ditonsil dan disekitarya serta pengelepasan eksotoksin yang dapat menibulkan gejala umum dan local<br />
Gambaran klinik terbagi Menjadi 3 golongan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gejala umum<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gejala Lokal<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gejala akibat eksotosin<br />
Gejala umum :<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Suhu sub Febrin<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nyeri kepala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Anoreksia<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Badan lemah dan Nadi Lambat<br />
Gejala Lokal<br />
Tampak Tonsil meradang disertai bercak Putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membetuk membran semu<br />
Membran ini meluas Ke Platum Mole ,Uvula , Nasofaring ,Laring dan bahkan meluas sampai ke Trakea.<br />
Membran semu ini melekat erat dan mudah berdarah<br />
Bila Infeksi tak terbendung maka Kelenjar limfe akan membengkak ( Bull Neck )<br />
Gejala akibat Eksotoksin<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Miocarditis dan dapat Mengakibatkan Decompensasi cordis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dapat Mengenai Saraf Kranial Khususnya bagian motorik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dapat Mengenai ginjal sehingga meyebabkan albuminuria<br />
<br />
Terapi<br />
Berikan ADS segera tanpa menunggu hasil Kultur dosis nya 20.000 – 10.000 unit tergantung umur , berat dan lamanya penyakit<br />
Antibiotik : Eritromisin atau gol penisilin<br />
Koritikosteroid<br />
Simptomatik<br />
<br />
Komplikasi<br />
Laringitis Difteri<br />
Miokarditis<br />
Kelumpuhan otot Platum mole , Otot mata , ( Terutama otot untuk akomodasi ), Otot faring dan laring<br />
Albuminuria sebagai komplikasi ke ginjal<br />
Tonsilitis septic<br />
Merupakan Peradangan Tonsil yang disebabkan oleh Bakteri streptococcus Hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi ,<br />
Gejala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Demam tinggi 39 -40 derajat c<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nyeri ketika menelan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nyeri kepala hebat dan kadang kadang Mual - muntah<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nyeri di seluruh tubuh dan tubuh terasa lemah<br />
Pemeriksaan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mukosa faring dan tonsil Hiperemis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Terdapat bercak putih keabuan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tampak Edema sampai sekitar Uvulae<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mulut Berbau ( Foetor ex ore )<br />
Komplikasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pembesaran kelenjar Limfe submandibula<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Otitis Media<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Laringitis<br />
<br />
Angina Plaut Vincent<br />
Merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh hygiene mulut kurang baik , dan terdapatnya def Vitamin C, Kuman Spirilium dan basil fusiform<br />
Gejala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Demam Tinggi sampai 39 derajat c<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nyeri dimulut , Gigi dan Nyeri Kepala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Badan lemah<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Gusi mudah berdarah dan Hipersalifasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dan kadang kadang terdapat gangguan percernaan<br />
Pemeriksaan<br />
Tampak Membran Putih keabuan di Tonsil , Uvula , Diniding faring ,gusi, serta Prosesus alveolaris<br />
Mukosa Mulut dan Faring Hiperemi<br />
Foetor Ex ore<br />
Kelenjar Submandibula Membesar<br />
Terapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Perbaiki Higine Mulut<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Antibiotik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Vit C dan Vit B com<br />
<br />
<br />
Tonsilitis Kronik<br />
Merupakan lanjutan dari Penyakit Tonsilitis akut dan Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tetapi kadang- kadang kuman berubah menjadi golongan gram negative<br />
Faktor predisposisi timbulnya radang kronik ini ialah<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rasangan menahun ( Rokok , Makanan, Pengaruh cuaca )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengobatan Tonsilitis akut yang Tidak adekuat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Higene Mulut yang Buruk<br />
Patologi<br />
Pada Radang Kronik terdapat 2 bentuk<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hipertofi Tonsil<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Atrofi Tonsil<br />
Proses radang Berulang -?Maka Epitel Mukosa Terkikis ? jaringan Limfoid juga terkikis ? Sehingga Proses Penyembuhan jaringan Limfoid diganti Menjadi jaringan Parut? Jaringan parut ini sesuai dengan sifatnya akan mengalami pengerutan<br />
Kelompok Jaringan Limfoid Mengerut sehingga Ruang antara kelompok melebar?Hal ini secara klinik tampak pelebaran kriptus ? kriptus akan di isi Detritus ? Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul dan akhirnya? Timbul Perlengketan dengan jaringan disekitar Fossa tonsilaris? Pada anak anak disertai Pembesaran kelenjar Limfe Submandibula<br />
Gejala dan tanda<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pasien Mengeluh ada sesuatu yang menghalagi di tenggorokan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tenggorokan dirasakan kering<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pernapasan Berbau<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada Pemiriksaan tonsil : Membesar dan Tidak Rata , Kriptus Melebar dan Terisi Detritus<br />
Komplikasi<br />
Komplikasi Didaerah Sekitarnya<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rinitis Kronik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sinusitis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Otitis Media<br />
Komplikasi Didaerah organ jauh dari tonsil<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Endokarditis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Atritiss<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Miositis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nefritis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Iridoskilitis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dermatitis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pruritis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Urtikaria dan Furonkolosis<br />
Indikasi Tonsiloktomi atu adenoiktomi<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sumbatan Hidung yang menetap oleh adeoid<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sumbatan Rongga Mulut oleh Tonsil yang membesar<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Cor pulmonal<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Peritonsil yang berulang<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pembesaran kelenjar Limfe Leher yang Berulang<br />
6.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kecurigaan tumor Tonsil<br />
7.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sidrom sleep apnea<br />
8.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tonsil sebagai Fokal Infeksi dari organ Penting lainnya<br />
Faringitis Kronik<br />
Faktor Predisposisi proses radang Kronik ini<br />
Rinitis Kronik<br />
Sinusitis<br />
Iritasi kronik yang dialami oleh Perokok atau Peminum alcohol<br />
Inhalasi uap yang merasang mukosa faring<br />
Infeksi yang Menyebabkan Faringitis Kronik<br />
Daerah yang Berdebu<br />
Orang yang bernapas Melalui Mulut karena hidung Tersebut oleh salah satu factor peyebab penyakit<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Faringitis Kronik Terbagi atas 2 bentuk<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Faringitis Kronik Hiperplastik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Faringitis Kronik Atrofi<br />
Faringitis Kronik HiperPlastik <br />
Pada dasarnya Faringitis Kronik HiperPlastik terjadi perubahan mukosa dinding Posterior faring , Tampak mukosa menebal serta hipertrofi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arkus faring posterior ( lateral band ) , Dengan demikian tampak Mukosa dinding Posterior tidak rata yang disebut granuler<br />
Gejala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pasien Mengeluh gatal pada Tenggorokan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kering atau berlendir yang sukar di keluarkan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kadang Kadang disertai dengan Batuk<br />
<br />
Terapi :<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penyakit Kronik dihidung atau sinus paranasal yang menyebabkan Faringitis Diobati<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Melakukan Penggosokan Memakai Zat kaustik Misalnya Nitras Argetin dan Albotil<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dapat juga dilakukan juga dengan electro kauter<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengobatan simptomatik berupa obat kumur dan antirusif atau expektoransia<br />
Faringitis Kronik atrofi ( SIKA )<br />
Faringitis Kronik atrofi sering timbul bersama dengan Renitis atrofi . Pada Renitis atrofi : udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapan sehingga menimbulkan Rasangan serta infeksi pada faring<br />
Gejala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pasien Mengeluh Tenggorokan kering<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mulut berbau<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada Pemeriksaa tampak mukosa faring terdapat lender yang melekat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dan bila lendir itu di angkat maka tampak Mukosa kering<br />
Terapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Obat Kumur<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penjagaan Higene Mulut<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Obat Simptomati<br />
Faringtis Spesifik<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Faringitis Leutika<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Faringitis TBC<br />
<br />
Faringitis Leutika<br />
Radang Mukosa Faring yang disebabkan oleh Troponema palidum dan dapat menimbulkan infeksi didaerah faring .<br />
Stadium Primer<br />
Kelainan terdapat pada lidah, tonsil dan dinding Posterior faring , Kelainan ini berupa bercak keputihan pada tempat tersebut<br />
Bila infeksi terus berlangsung maka Timbul ulkus<br />
Ulkus pada Daerah faring bersifat sama dengan Ulkus pada genetalia<br />
Ulkus tidak Nyeri<br />
Pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan<br />
Stadium Sekunder<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Stadium ini jarang di temukan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Terdapat eritema pada dinding Posterior Faring yang menjalar ke laring<br />
Stadium Tersier<br />
Terdapatnya Guma<br />
Tonnsil dan Platum Mole merupakan tempat predileksi untuk tumbunya gumma<br />
Bila didapatkan Guma di dinding Post faring akibatnya dapat mengenai Vet Servicalis dan bila pecah maka dapat menyebabkan kematian<br />
Bila guma sembuh maka bekas guma akan terbentuk jaringan parut<br />
Diagosis<br />
Diagnosis dengan pemeriksaan serologik<br />
Terapi<br />
Obat pilihan utama ialah Penisilin<br />
Faringitis Tubercoosa<br />
Merupakan Radang Mukosa Faring yang disebabkan oleh Micobacterium Tb yang besifat basil tahan asam dapat meyerang Platum Mole , Tonsil , Platum durum , dasar lidah dan epiglostis<br />
Biasanya Infeksi daerah faring merupakan Proses sekunder dari TBC paru Kecuali kuman tahan asam jenis bovinum<br />
Pada jenis BOvinum Merupakan Jenis TBC yang Primer<br />
Peryebaran Infeksi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Eksogen<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Endogen<br />
Bentuk dan tempart lesi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>1 sisi Tonsil dan kedua sisi tonsil apabila Penyebaran Hematogen<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dinding Faaring Posterior<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Arkus faring anterior<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dinding lateral Hipofaring<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Platum mole<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Platu durum<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kelenjar regional leher Membengkak<br />
Gejala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Anoreksia<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nyeri tenggorokan yang hebat dibanding Peradangan yang timbul<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nyeri Pada waktu Menelan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tidak jarang mengalami Regurgitasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nyeri Telingah dan adenopati servical<br />
Diagnosis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>BTA<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Foto Thoras<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Biopsi jaringan untuk menyingkirkan keganasan<br />
Terapi :<br />
Terapi Sesuai dengan TBC paru <br />
<br />
Abses Leher dalam<br />
Abses Leher dalam terbagi atas<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Abses Peritonsil<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Abses Retro faring<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Abses Parafaring<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Angina LUdovici<br />
<br />
<br />
Abses Peri tonsil<br />
Etiologi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Poses ini terjadi sebagai Komolikasi dari Tonsilitis akut<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Biasaya kuman peyebabnya sama dengan Kuman Pada Tonsil .<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Dapat ditemukan Kuman aerob dan anaerob<br />
Patologi<br />
Daerah superior dan lateral Fossa Tonsilaris Merupakan jaringan Ikat longgar Maka infiltarsi supurasi ke Ruang Pontensial Peritonsil tersering menempati daerah ini. Sehingga Platum Mole Membekak<br />
Pada stadium Infiltrasi selain pembekakan Juga terjadi Tampak mukosa Hiperemi<br />
Bila Proses Berjalan terus maka daerah tersebut lebih lunak dan berwarna kekuning kuningan<br />
Tonsil terdorong ketengah , depan, bawah<br />
Uvulae Bengkak dan terdorong ke sisi Kontra lateral<br />
Peradangan berlangsung terus akan meyebabkan iritasi M. Peterigoid Interna sehingga timbul Trismus<br />
Abses dapat Pecah Mungkin dapat Menyebabkan aspirasi ke paru<br />
Gejala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Odinofagia ( Nyeri Menelan ) yang lebih hebat biasanya pada satu sisi saja<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nyer Teligah ( Otalgia )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Muntah ( Regurgitasi )<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mulut berbau ( Foetor ex Ore<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hipersalifasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rinolalia (Suara sangau)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Trismus<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pembekakan kelenjar sub mandibula dan nyeri tekan<br />
Pemeriksaan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kadang Kadang sukar memeriksa Faring karena Trismus<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Palatum mole tampak membengkak dan menonjol kedepan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tonsil bengkak Hiperemis terdorong ketengah , depan, bawah<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Uvulae Bengkak dan terdorong ke sisi Kontra lateral<br />
Terapi<br />
Pada Stadium Infiltrasi diberikan antibiotic dosis tinggi<br />
Obat Simptomatik ( Analgetik /antiperetik )<br />
Kumur kumur dengan cairan hangat<br />
Kompres Dingin pada Leher<br />
Bila Ditemukan Abses maka Dilakukan Pungsi pada daerah anbses , Kemudian insisi untuk megeluarkan nana<br />
Tempat Insisi yaitu Paling menonjol dan lunak atau pada garis pertengahan yaitu garis yang mehubungkan dasar uvulae dengan graham atas terakhir pada sisi yang sakit<br />
Bila Terjadi trismus ..Untuk mengatasi nyeri disutikan analgesia local yaitu xilocain atau novicain 1 % di gaglion sfenopalatinum<br />
Pasien dianjurkan Operasi tonsilektomi<br />
OPerasi Tonsilektomi bersama sama dengan dranase abses disebut Tonsilektomi a chaud<br />
Operasi tonsil dilakukan setelah dranase abses 3- 4 hari disebut Tonsilektomi a tiede<br />
Operasi tonsil dilakukan setelah dranase abses 4 – 6 Minggu disebut Tonsilektomi a Froid<br />
Pada Umumnya Tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi nya tenang yaitu 2 – 3minggu setelah <br />
dranase abses<br />
Komplikasi<br />
Abses Pecah Menyebabkan aspirasi paru<br />
Penjalaran ke Para faring sehingga terjadi Abses Parafaring , Pada Penjalaran selanjutnya Masuk kedalam mediastnum sehingga terjadi Mediastinitis<br />
Penjalaran di daerah intra cranial dapat meyebabkan Trombus sinus cavenosus , Menigitis, dan abses otak<br />
Abses Retro Faring<br />
Penyakit ini sering ditemukan pada anak Usia 3 bulan sampai 5 tahun<br />
Hal ini terjadi karena Pada usia tersebut masih berisi Jaringan Limfoid masing masing 2 – 5 buah pada sisi kanan dan kiri<br />
Kelenjar ini menampung aliran limfe dari Hidung , Sinus pranasal, Nasofaring, Faring , Tuba estachius dan Teligah tengah<br />
Pada Usia diatas 6 tahun kelenjar Limfe ini Mengalami atrofi<br />
Etiologi<br />
Infeksi saluran napas atas menyebabkan Limfedenitis retrofaring<br />
Trauma Diding belakang Faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau tindakan medis berupa adenoiktomi<br />
Tuberculosis Vet Servicalis ( Cold Abses)<br />
Gejala<br />
Disfagia<br />
Odinofagia<br />
Anak Rewel dan sering Menangis dan Tidak mau makan dan minum<br />
Sesak napas Karena sumbatan jalan napas Terutama di Hipofaring<br />
Proses berlanjut terus akan Mengenai laring maka dapat Menimbulkan stridor<br />
Sumbatan akibat Abses dapat Mengganggu resonansi suara<br />
Pemeriksaan<br />
Pada diding belakang Faring tampak Benjolan yang teraba lunak<br />
<br />
Diagnosis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Diagnosis ditegakakan dengan riwayat ISPA atau Riwayat Trauma<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Foto Rongent Jaringan lunak leher lateral<br />
<br />
DD<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Adenoiditis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tumor<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aneurisma aurta<br />
Terapi<br />
Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral<br />
Insisi Abses dengan menggunakan laringoskopi langsung dalam posisi Trendelnburg, Pus segera diisap agar tidak terjadi aspirasi<br />
Pasien drawat inap sampai tanda infesi reda<br />
Komplikasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penjalaran ke ruang parafari, ruang Vaskuler vicera<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mediastinitis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Obstruksi jalan napas menyebabkan asfiksia<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bila Pecah spontan maka akan menyebabkan Pnemonia aspirasi<br />
<br />
Abses Parafaring<br />
Etiologi<br />
Ruang oarafaring mengalami infeksi melalui<br />
Langsung : akibat Tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia, Jarum suntik yang telah terkontaminasi kuman menembus lapisan otot ( m . Konstiktor Faring sup) yang memisahkan ruang parafaring dari fossa tonsilaris<br />
Proses Supurasi kelejar limfe Leher bagian dalam, gigi , tonsil , faring , Hidung, sinus paranasal , Mastoid dan Vet Servicalis dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadi abses parafaring<br />
Penjalaran infeksi dari Ruang peritosil, Retrofaring atau submandibula<br />
Gejala klinik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Demam Tinggi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Trismus atau Indurasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pembengkakan di sekitar angulus mandibulae<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pembengkakan Dinding Lateral faring sehingga menonjol kea rah Medial<br />
Komplikasi<br />
Proses Peradangan dapat melauli Hematogen , Limfogen atau PerKontinuitatum<br />
Penjalaran Ke atas dapat mengakibatkan peradangan Intrakranial<br />
Kebawah Menyelusuri selubung karotis dapat menyebabkan Mediatinitis<br />
Abses Juga dapat merusak dinding Pembuluh darah Terutama Pembuluh darah karotis<br />
Jika mengenai Pembuluh darah karotis maka akan terjadi Ruptur mengakibatkan Perdarahan<br />
Bila terjadi preflibitis dan endo fliibitis Dapat Timbul Trobombo Flibitis dan Septikemia<br />
<br />
Terapi<br />
Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral<br />
Evakuasi abses dengan cara explorasi dalam anestesi umum Caranya insisi dari luar dan intra oral<br />
Insisi Dari Luar dilakukan 2 jari dibawah dan sejajar Mandibula , secara tumpul dieksplorasi dilanjutkan dari batas anterior M, Stenocledomastoideus kea rah atas belakang menyusuri bagian medial Mandibula dan M, Ptrogoedeus Intena mencapai ruang parangfaring.<br />
Bila ada nana di selubung karotis maka insisi dilakukan secara Vertikal dari Pertengahan Insisi Horisontal ke bawah didepan M, Stenocledomastoideus Cara Mosher<br />
Insisi Intraoral dilakukan Pada dinding lateral Faring dengan Memakai Klem arteri , eksplorasi Dilakukan denga menembus M Konstritor faring sup Kedalam Ruang parafaring anterior<br />
Angina Ludovici<br />
Angina Ludovici ialah selulitis ruang suprahioid, Ruang ini terdiri dari Ruang sub lingual, Sub Mentalis dan sub maxilla yang disebut juga ruang sub mandibula<br />
Ruang sub Ligual di pisahkan dari ruang submentalis dan sub masilla oleh otot Milohioid<br />
Infeksi yang terbatas hanya pada satu atau lebih ruang submandibula atau bila terbentuk abses disebut Pseudo agina lidovici<br />
Etiologi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Infeksi gigi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Peradangan supuratif Kelenjar Limfe servical didalam ruang sub mandibula<br />
Gejala<br />
Terdapat nyeri tenggorokan dan leher<br />
Dasar Mulut membengkak dan mendorong lidah keatas belakang sehingga Menimbulkan sesak napas<br />
Pembengkakan pada daerah sub mandibula yang tampak hyperemis dan keras pada perabaan<br />
Terapi<br />
Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral<br />
Eksplorasi dengan tujuan Mengurangi Dekompresi dan evakuasi pus atau jaringan nekrotikan<br />
Insisi Dilakukan secara Horizontal setinggi os Hioid ( 3 – 4 Jari dibawah mandibula )<br />
Perlu Pengobatan terhadap penyebab infeksi gigi , untuk mencegah kekambuhan<br />
<br />
Komplikasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sumbatan jalan napas akibat Lidah terdorong keatas belakang<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mediatinitis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sepsis<br />
<br />
Kelainan Laring<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kelainan Konggenital<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Peradangan Laring<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nodul Pita suara<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Keratosis Laring<br />
Kelainan Konggenital Terbagi<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Laringomalasia<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Stnosis Subglotik<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Selaput Dilaring ( Laringeal Web )<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kista Konggenital<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hemangioma<br />
Laringomalasi :<br />
Merupakan kelainan paling sering ditemukan<br />
Pada stadium awal ditemukan epiglottis lemah sehingga pada waktu inspirasi epiglottis tertarik kebawah dan menutup rima glottis<br />
Dengan demikian Jika pasien Bernapas , napas Berbunyi stridor<br />
Stridor merupakan gejala awal dan dapat menetap dan Mungkin Pula hilang timbul ini disebabkan lemahn ya kerangka laring<br />
Tanda sumbatan jalan napas dengan terlihatnya retraksi pada daerah supra sterna , epigastrium, Intercostal , dan supra clavicular<br />
Bila sumbatan makin berat maka dilakukan Intubasi endotrakeal<br />
Stenosi Subglotik<br />
Kelainan ini disebabkan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penebalan jaringan sub mukosa dengan hyperplasia kelenjar mucus dan fibrosis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumennya yang lebih kecil<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bentuk tulang rawan krikoid Normal dengan ukuran yang lebih kecil<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penggeseran cicin trakea yang pertama kearah atas belakang ke dalam lumen krikoid<br />
Gejala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Stridor<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>retraksi pada daerah supra sterna , epigastrium, Intercostal , dan sup clavicular<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada stadium yang lebih berat ditemukan sianosis dan apnea <br />
<br />
Laringitis Akut<br />
Radang akit laring pada umumnya merupakan kelanjutan rinofaringitis ( common cold ) . Pada anak laryngitis akut ini dapagt menyebabkan Sumbatan jalan napas sedangkan pada orang dewasa tidak secepar pada anak<br />
Etiologi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sebagai penyebab radang lalah bakteri yang menyebabkan Peradangan Lokal<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Virus yang menyebabkan Peradangan sistemik<br />
Gejala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Demam<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Malaise<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Suara parau sampai afoni<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Nyeri ketika menelan dan berbicara<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Serta gejala sumbatan laring<br />
Pemeriksaan<br />
Pada Pemeriksaan Tampak Mukosa laring hiperemis dan membengkak terutama diatas dan bawah pita suara .<br />
Biasanya terdapat juga tanda radang akut di hidung dan sinus paranasal<br />
Terapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Istirahat berbicara dan bersuara selama 2- 3 hari<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Menghirup udara lembab<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Menghidari dari iristasi pada faring dan laring Misalnya Merokok Dan Minum air es<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Antibiotik apabila peradangan berasal dari paru<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bila ada sumbatan laring maka dipasang Pipa Endotrakea atau Trakeostomi<br />
<br />
Laringitis Kronik<br />
Peradangan kronik pada Laring yang disebabkan oleh<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Sinusitis kronik,<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Deviasi septum yang berat<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Polip hidung<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bronkhitis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Penggunaan suara secara Berlebihan ( Berteriak teriak atau Bicara Keras ) Vocal abuse<br />
<br />
Pemeriksaan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tampak Mukosa Hiperemis dan menebal serta Permukaan Tidak rata <br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kadang kadang pada Pem Patologi terdapat melaplasia skuamosa<br />
Gejala<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Suara Parau yang menetap<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rasa Tersangkut di leher <br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pasien sering mendehem tanpa mengluarkan secret karena Mukosa Yg Menebal<br />
Terapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengobati Peradangan Dihidung , Faring serta Bronkus yang mungkin peyebab Laringitis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Vocal Rest<br />
Laringitis Kronik Spesifik terbagi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Laringitis TBC<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Laringtis Leutika<br />
<br />
Larigitis TBC<br />
Gambaran Klinik Terbagi atas 4 stadium<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Stadium Infiltrasi<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Stadium Ulserasi<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Stadium Perikondritis<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Stadium Fibro tuberkulosis<br />
Stadium InfiltraSi<br />
Mukosa Laring Posterior mengalami Pembengkakan dan Hiperemis<br />
Kadang kadang Pita suara terkena juga<br />
Pada stadium ini Mukosa Laring berwarna pucat<br />
Kemudian Didaerah sub mukosa terbentuk Tuberkel sehingga Mukosa tidak rata tampak bintik bintik berwarna kebiruan<br />
Tuberkel Membesar serta beberapa tuberkel yang berdekatan bersatu sehingga mukosa diatas nya meregang<br />
Bila Tuberkel Pecah maka timbul Ulkus<br />
Stadium Ulserasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span> Terjadi Ulkus dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkijuan serta dirasakan nyeri oleh Pasien<br />
<br />
<br />
Stadium Perikondritis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ulkus makin dalam sehingga mengenai kartilago laring<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Yang Paling sering terkena ialah kartilago aritenoid dan epiglottis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada stadium ini Terbentuk skuester<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada stadium ini keadaan pasien Memburuk dan dapat meninggal dunia<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bila Pasien beratahan maka Proses pun Berlanjut dan masuk pada stadium Terakhir yaitu Stadium Fibrotuberculosis<br />
<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada stadium ini terbentuk Fibrotuberkulosis pada dinding Posteior , Pita suara dan sub glotik<br />
<br />
Gejala Klinik<br />
Rasa kering , Panas dan tertekan diaderah laring<br />
Suara Parau dirasakan Berminggu minggu sedangkan Pada Stadium lanjut dapat menyebabkan afoni<br />
Hemoptisis<br />
Odinofagia berat<br />
Keadaan umum Memburuk pada stadium lanjut<br />
Pada Pemeriksaan Paru ( secara klinik dan Radiologik ) Terdapat proses aktif (Biasaya pada stadium Eksudasi , Pembentukan Kaverna<br />
DD<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Laringitis leutika<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Karsinoma faring<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aktinomikosis<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Lupus Vulgaris laring<br />
Terapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Obat OAT<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Vocal Rest<br />
<br />
Laringitis Leutika<br />
Gambaran klinik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Apabila Guma Pecah maka timbul ulkus<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ulkus ni mempunyai sifat yang khas yaitu sangat dalam bertepi dengan dasar yg keras<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ulkus ini Tidak menyebabkan nyeri dan menjalar dengan cepat<br />
Gejala Klinik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Suara Parau<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Batuk Kronik<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Disfagia timbul bila ada gumma dekat Introitus Osepagus<br />
Diagnosis Ditegakkan<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pemeriksaan laringoskop<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pemeriksaan serologik<br />
Komplikasi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Stenosi laring karena terbentuk jaringan parut<br />
Terapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pinisilin dosis tinggi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengangkatan skuester<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bila Terdapat sumbatan laring karena stenosis dilakukan Trakeostomi<br />
Nodul Pita suara<br />
Kelainan ini biasanya disebabkan oleh Penyalahgunaan pita suara dalam waktu lama seperti pada guru , Penyanyi dan sebagainya. Kelainan ini juga disebut singer Node<br />
Gejala klinik<br />
Suara parau disertai dengan batuk<br />
Pemeriksaan<br />
Terdapat Nodul pada pita suara sebesar kacang hijau atau lebih kecil lagi<br />
Nodul berwarna keputihan<br />
Nodul tersebut sering berada pada sepertiga anterior atau bagian tengah Pita suara ,<br />
Nodul tersebut Bisa Unilateral atau Bilateral pada pita suara<br />
Bila Bilateral maka nodulnya semetrik<br />
Terapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bedah Mikro laring<br />
Diagnosis<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pemeriksaan Laringoskopi Derek dan Inderek<br />
Keratosis Laring<br />
Pada Keratosis laring sebagian mukosa laring mengalami Pertandukan, sehingga tampak daerah putih yang disebut Leukopakia<br />
Tempat yang paling sering mengalami pertandukan adalah Pita suara dan fossa Intearitenoid<br />
Etiologi Tidak diketahui dengan jelas<br />
Gejala<br />
Suara parau<br />
Ada yang Mengganjal di Tenggorokan<br />
Stridor atau sesak napas Tidak ditemukan pada penyakit ini<br />
Terapi<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengangkatan daerah keratosis dengan bedah Mikro laring<br />
<br />
<br />
Penanggulangan Sumbatan Laring<br />
<br />
Sumbatan laring dapat disebabkan<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Radang akut dan Kronik<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Benda asing<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Trauma<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tumor<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kelumpuhan N rekuren bilateral<br />
Gejala Dan tanda sumbatan Laring<br />
Serak ( disfoni )<br />
Sesak napas ( dispnea)<br />
Stridor<br />
Cekungan pada Waktu inspirasi di Suprasternal , Supra Klavicula, sela iga , Dan Epigastrium<br />
Gelisah<br />
Sianosis karena Hipoksia<br />
Jackson Membagi sumbatan laring menjadi 4 stadium<br />
Adanya Cekungan di supra sterna dan stridor ini tampak tenang<br />
Cekungan pada supra sterna makin dalam ditambah lagi Cekungan di epigastrium pasien sudah mulai gelisah<br />
Cekungan selain di Supra strenal , epigastrium juga terdapat di Infraclavicula dan sela sela iga , pasien sangat gelisa dan dispnea<br />
Cekungan cekungan diatas bertambah jelas , pasien sangat gelisa, ketakutan dan sianosis Jika Proses Berjalan terus maka penderita akan kehabisan tenaga , Pusat pernapasan Paralitik karena Hiperkapnea. Pada Keadaan seperti ini Penderita tampak tenang dan tertidur . akhirnya penderita meninggal karena Asfiksia<br />
<br />
<br />
<br />
Intubasi EndoTrakea<br />
Indikasi Intubasi endotrakea<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Untuk mengatasi sumbatan saluran napas bagian atas<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Membantu Ventilasi<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Memudahkan Mengisap Sekret dari traktus Trakeobrokial<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mencegah aspires<br />
Teknik Intubasi<br />
Posisi Pasien leher sedikit Fleksi dan kepala Ekstensi<br />
Laringoskop dengan spatel bengkok di pegang dengan tangan kiri<br />
Dimasukan melalui mulut sebelah kanan sehingga lidah terdorong ke Kiri<br />
Spatel diarahkan Melalui pangkal Lidah ke Velekula<br />
Lalu Laringoskop diangkat Keatas sehingga pita suara dapat terlihat<br />
Dengan tangan kanan Pipa Dimasukan melalui mulut terus melalui celah antara kedua Pita suara<br />
Lalu disutikan Udara Untuk Mengembangkan Balon pada Pipa<br />
Trakeostomi<br />
Trakeostomi merupakan Tindakan Membuat Lubang pada bagian depan Trakea untuk Bernapas<br />
Indikasi Trakeostomi<br />
Mengatasi obtruksi laring<br />
Mengurangi Ruang rugi( Dead air space ) di saluran napas bagian atas <br />
Mempermuda pengisapan secret dari Brokus pada penderita yang tidak dapat mengeluarkan secret secara fisiologi<br />
Untuk memasang respirator ( alat bantu Pernapasan )<br />
Untuk mengambil benda asing dari sub glotik<br />
Teknik Trakeostomi<br />
Kepala Penderita di ekstensi kan pada persendian atlato oksipital<br />
Dengan posisi seperti ini Leher tegak lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher<br />
Kulit leher dibersikan dengan antiseptic dan ditutupi kain steril<br />
Obat anestesikum ( Novakain ) disutikan diantara Krikoid dan Fossa supra sterna<br />
Dilakukan sayatan Horisontal pada pertengahan jarak antara Kartilago krikoid dengan fossa supra sterna<br />
Kira kira 2 jari dibawah kartilago krikoid orang dewasa<br />
Dengan Gunting panjang yang Tumpul , Kulit dan jaringan dibawahnya di pisahkan lapis demi lapis dan ditari ke lateral ,Tampak Trakea<br />
Bebaskan Ismus , ismus diklem dan dipotong tengahnya , lalu diikat Tepinya<br />
Lakukan aspirasi<br />
Buat stoma dengan Memotong cincin trakea ke tiga<br />
Memasang kanul dan kanul difiksasi dengan tali di leher<br />
Luka Operasi ditutup<br />
Perawatan pasca Trakeotomi<br />
Scret dapat menyumbat sehigga dapat terjadi asfiksia oleh sebab itu secret di trakea harus diisap keluar<br />
Dan Kanul dalam dicuci sekurang kurang ya 2 kali sehari lalu dimasukkan lagi kedalam kanul luar<br />
Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu yang lama maka kanul luar harus dibersikan 2 kali seminggu<br />
<br />
Krikotirotomi<br />
Krikotomi merupakan tindakan penyelamatan yang lebih muda dan lebih cepat dapat dilakukan pada penderita dalam keadaan gawat napas dan darurat dengan cara membelah Membran Krikotiroid<br />
Teknik Krikotirotomi<br />
Kepala Penderita di ekstensi kan pada persendian atlato oksipital<br />
Indetifikasi Puncak Tulang rawan tiroid ( adam apple) dan diFisasi dengan tangan kiri<br />
Dengan Telunjuk tangan kanan tulang rawan tiroid diraba kebawah sampai ditemukan Kartilago Krikoid, Membran Krikoid terletak diantara ke dua tulang rawan ini<br />
Dibuat sayatan Horisontal pada Kulit<br />
Bagian bawah kartilago Tiroid terlihat …Tusukan Pisau dengan arah kebawah<br />
Masukkan Kanul Yang tersedia<br />
Parasat Heimlich<br />
Prasat Heilmlich merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyubat laring secara total atau benda yang berukuran besar yang terletak di Hipofaring<br />
Pada Parasat Heimlich dilakukan Tekanan kedalam dan ke atas rongga perut sehingga diagframa terdorong keatas -? Udara ini akan mecari jalan keluar melalui bronkus ,trakea -? dan akhirnya mendorong sumbatan laring keluar<br />
<br />
<br />
Broskopi<br />
Jenis Bronskopi terbagi atas<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bronskopi kaku<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Bronskopi serat optik<br />
<br />
Bronskopi kaku<br />
Pipa yang dari metal dengan lampu.Terdapat 2 macam, yang di letakkan di distal ( pada ujung bronkoskop ) atau Proksimal<br />
Lampu Proksimal terletak pada gagang bronkoskop Dan diproyeksikan dari tepi lensa okuler ke distal Bronksokop ( tepi Haslinger)<br />
Dengan Kemjuan teknologi sekarang dibuat lampu terang 150-450 waat yang berisi halogen yang disalurkan dengan serat optic kebagian distal Bronkoskop<br />
Bronkoskopi serat optic<br />
Merupakan gabungan serat optic ( gelas) yang menyalurkan cahaya nya ke ujung distal bronkoskop<br />
Bronkoskop ini lentur sehingga dapatdi masukkan kedalam lubang bronkus<br />
Mamfaat Bronkuskopi serat optik<br />
Mamfaaat Bronkoskopi serat Optik Rasa nyeri yang menimal dapat dilakukan dengan analgesia saja ( Tampa anestesi – umum )<br />
Karena Lentur nya dapa dimasukkan ke cabang – cabang bronkus malahan sampai ke sub segmen untuk mencari tumor ganas<br />
Mamfaat Bronkoskopi Kaku<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada anak anak karena Trakea dan Glotis masih sempit<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pada Perdarahan massif<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengisap secret dari Trakean dan Bronkus<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Untuk Mengeluarkan Bronkolit<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Untuk mengeksterpasi adenoma bronkus<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Untuk mengeluarkan benda asing dari trakea dan bronkus terutama pada anak anak<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Trakea sempit seperti pada stiriktur trakea tau penekanan dari luar atau tumor intra lumen<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Fotografi pada Trakea da bronkus Utama serta orifisiumnya dengan memakai taleskop<br />
Indikasi Bronkoskopi<br />
Sebagai Penentuan Diangnosis<br />
Hemoptisis<br />
Batuk kronik<br />
Wheezing<br />
Kelainan Radiologi seperti pada Phenemonia yang Menetap atau berulang , Atlektasis, Abses paru dan tumor Bronkus<br />
Kelainan estra- torakal berupa<br />
Pembesaran getah bening dileher dan aksial sebagai metastasis tumor ganas<br />
Eritema Nodusom<br />
Clubbing Fingger dan osteoatropati Pulmoner Hipertrofi<br />
Sumbatan vena cava superior<br />
Perubahan suara karena kelumpuhan saraf reekuren yang Disebabkan Penekanan pada Pembesaran Kelenjar getah bening<br />
Karsinoma Osefagus yg Metastasis Ke Bronkus<br />
Tumor ganas Tyroid yang Mempengaruhi Tractus trakea bronkiale<br />
Sebagai Terapi<br />
Mengeluarkan Benda asing pada saluran Trakeo Bronkiale<br />
Mengisap secret yang ada dalam bronkus<br />
Penyubatan bronkus oleh secret yang kental Dengan cara melakukan pencucian dengan hasil yang memuaskan<br />
Menyeprotkan obtab ke Lumen Bronkus pada kasus Bronkestasis setelah secretnya dikeleuarkan<br />
Melebarkan bronkus ( Businase)<br />
Mengeluarkan Tumor jinak ( Endo trakea )<br />
Kontraidikasi relative<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kasus dengan Progosis Buruk<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pasien dengan lemah dan tua<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hipertensi pulmonom<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Keadan dengan kardiou pulmonom yang buruk<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Aenurima aorta Tidak boleh mnggunakan bronkoskopi kaku karena aneurimanya bias peca<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Trauma atau ankilosing vertebrae servicalis ( aman Menggunaka serat optic)<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Trismus ( aman Menggunaka serat optic) Melalui hidung<br />
Kontra indikasi Absolut<br />
Penyakit perdarahan dapat menyebabkan hematoma interlumen atau perdahan yang sulit diatasi<br />
Hipoksia<br />
Hiperkapnea<br />
Aritmia jantung<br />
Infark miokar akut<br />
Dekompensasi cordis<br />
Radang akit saluran Pernapasan (Laringo –trakeo –Bronkitis akut)<br />
<br />
<br />
<br />
Penyakit Dan Kelainan Esofagus<br />
Atresia Esofagus dan Fistula Trakeo esophagus<br />
Atresia Esofagus dan Fistula Trakeo esophagus Terbagi menjadi 5 kalisfikasi ( Adkins)<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian distal (terbanyak )<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Atresia Esofagus terisolasi<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Fistula Trakeo esophagus terisolasi<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian Proksimal<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian Proksimal dan Distal<br />
Gejala<br />
Pengumpulan secret dimulut dan dapat terjadi aspirasi berulang<br />
Pada saat anak diberi minum Timbul gejala tersedak batuk , regurgitasi, gawat napas , sianosis<br />
Atresia Esofagus terisolasi dan Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian Proksimal biasanya tidak di temukan udara di lambung<br />
Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian Distal ditemukan udara dalam lambung sehingga perut kembung<br />
Terapi :<br />
Dilakukan foto thoras untuk melihat anomaly jantung atau arkus aourta yg terletak disebela kanan<br />
Pada atresia esophagus dilakukan anastomosis sedangkan Fistula Trakeo esophagus dilakukan penutupan fistel<br />
Divertikulum esophagus<br />
Divertikulum esophagus dibagi menurut lokasinya<br />
Divertikulum faringio-esopagus ( Divertikulum zenker) Terletak pada Perbatasan Faring dengan Esofagus<br />
Divertikulum Parabronkhial Terletak Disekitar Bifurkasi Trakea<br />
Divertikulum Epifrenik Terletah didaera sepertiga bawah esophagus biasanya diatas diagfragma<br />
Etilogi<br />
Divertikulum Faringo esophagus disebabkam gangguan motilitas dari esophagus . kelainan konggenital, atau kelemahan yang didapat pada dinding oto tHipofaring atau esophagus<br />
Divertikulum Prabrokial disebabkan oleh kelaunan konggenital atau TBC kelenjar limfe mediastinum<br />
Divertikulum Epifrenik , Peyebabnya beelum dapat ditentukan , tetapi diduga akibat kelemahan dinding otot secara Konggenital<br />
True Divertikulum terdapat seluruh lapisan dinding espfagus ditemukan sedangn pada False Diverticulum hanya Lapisan muksa dan sub mukosa ditemukan<br />
Diverticulum Menurut cara terbntuknya terbagi atas<br />
Diverticulum Desakan merupakan suatu divertikulum palsu akibat terdapatnya defec pada Otot antara serat oblik otot Konstiritor inferior faring dengan serat Tranfersa dari otot krikofaring , Akibat desakan pada waktu menelan, Mukosa terdorong keluar membentuk kantong yang makin lama makin membesar sehingga terbentuknya divertikulum.<br />
Diverticulum tarikan merupakan suatu diverticulum asli berasal dari proses Peradangan yang berdekatan dengan esophagus dimana terbentuk kontraktur jaringan ikat pada dinding esophagus yang kemudian menarik dinding esophagus kea rah luar<br />
Gejala<br />
Terdapat Retensi makanan<br />
Disfagia yang hebat Bila sudah membentuk Kantong yang luas<br />
Regurgitasi Dapat terjadi segera setelah makan dan minum<br />
Pada Diverticulum Parabrokial dapat menyebabkan nyeri pada dearah sub sternal<br />
Divertikulum Epfrenik dapat menyebabkan rasat terbakar didada, , Nyeri pd Epigastrium serta anoreksia sehingga terjadi penurunan Berat badan<br />
Diagnosis<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Foto Rontgen Lateral mengunakan Kontral barium<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Foto Rontgen PA untuk mengetahui adakah tanda tanda aspirasi<br />
Penatalksaan<br />
Jika divertikulum tidak menimbulkan gejaka maka diwajibkan mengosongkan kantong dengan cara minum dengan air pada Posisi Terlentang atau Miring. Jika sudah menggangu atau menibulkan gejala yang berat maka dilakukan Divertikulektomi<br />
<br />
Akalasia<br />
Akalasia ialah Suatu Kelainan esophagus dimana tidak mempunyai bagian distal esophagus utuk relaksasi dan berkurangnya peristaltic esophagus karena diuga inkordinasi neuromuskuler .akibatnya bagian proksimal pada tempat penyempitan akan melebar disebut Mega –esofagus<br />
Etiologi<br />
Disfungsi neuro muskuler dengan lesi primer Mungkin terletak dinding esofagus. N, Vagus, Batang Otak<br />
Secara histology di temukan kelainan ditemukan kelainan berupa degenerasi sel ganglion Plexus auroback sepajang Thoracal esophagus hal ini diduga sebagai peyebab gangguan peristaltic<br />
Gangguan emosi dan trauma Psikis dapat meyebabkan bagian distal esophagus mengalami Kontraksi<br />
Gejala<br />
Disfagia<br />
REgurfitasi<br />
Nyeri didaerah Sub sternal<br />
Pada stadium lanjut dapat menyebabka Rasa nyeri pada daerah epigastrium dab rasa nyeri ni menyurupai serangan angina pectoris<br />
Penurunan Berat badan<br />
Diagnosis<br />
Pemeriksaan Radiologik<br />
Pada Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan kontras ditemukan Tampak dilatasi 2/3 bagian distal esophagus serta penyempitan dibagian distal esophagus menyurupai ekor tikus( Mouse Tail Apperance)<br />
Pemirikasan Esofaguskopi<br />
Tampak Pelebaran lumen esophagus dengan bagian distal yang Menyempit<br />
Mukosa esophagus berwarna pucat , edema, kadang kadang terdapat tanda esofagitis akibat retensi makanan<br />
Pemeriksaan Manometrik<br />
Tekanan istirahat badan esophagus meningkat ..Tidak terdapat pergerakan peristaltic sepajang esophagus sebagai proses menelan<br />
Tekana spinter esophagus bagian bawah normal atau meningkat ….tidak terjadi relaksasi spinter pada waktu proses menelan<br />
<br />
Terapi<br />
Diet tinggi kalori<br />
Psikoterapi<br />
Medikametosa yaitu Prefarat Nitrit antikolinergik dan penghambat adrenergic, Kalsium anagonis<br />
Dilatasi dapat dilakukan dengan businasi atau balon dilator<br />
Operasi esopago –kardiomiotomi ( Operasi Heller)<br />
<br />
Varises Esofagus<br />
Varises Esofagus dibagi menjadi 2 bagian<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Varises esophagus dengan Hipertensi portal<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Varises esophagus tampa Hipertensi portal<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15993039444093116780noreply@blogger.com1